
JAKARTA - Spekulasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mencuat ke publik. Hal ini dipicu oleh munculnya memar di tangan kiri dan pembengkakan pada pergelangan kaki yang tampak jelas saat ia menghadiri sejumlah acara publik, termasuk pertandingan FIFA Club World Cup di New Jersey baru-baru ini.
Dalam beberapa pekan terakhir, Trump terlihat mengalami pembengkakan ringan di bagian kaki dan betis. Penampakan tersebut memicu berbagai dugaan mengenai kondisi kesehatannya.
Menanggapi spekulasi yang berkembang, Gedung Putih akhirnya angkat bicara. Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengonfirmasi bahwa Trump, yang kini berusia 79 tahun, telah menjalani pemeriksaan medis lengkap, termasuk ultrasonografi vena (venous Doppler ultrasound).
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Trump mengidap insufisiensi vena kronis, yaitu kondisi umum pada lansia di mana pembuluh darah balik (vena) di kaki tidak bekerja secara optimal.
"Pemeriksaan USG mengungkapkan bahwa Trump menderita insufisiensi vena kronis kondisi jinak dan umum, terutama di kalangan individu berusia di atas 70 tahun," kata Leavitt, Kamis (17/7).
Kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti pembengkakan di pergelangan kaki dan perubahan warna kulit. Namun perhatian publik justru banyak tertuju pada memar di tangan Trump, yang diduga sengaja ditutupi makeup saat sesi wawancara.
Dalam laporan New York Magazine, terlihat bercak makeup yang tidak merata di punggung tangan kanan Trump. Dugaan mengarah pada upaya untuk menutupi memar akibat insufisiensi vena kronis tersebut. Menurut laporan itu, memar serupa telah beberapa kali terlihat pada Februari, April, dan Juni lalu.
Meski sebelumnya Gedung Putih sempat menyangkal adanya masalah kesehatan, Leavitt kini mengakui bahwa memar tersebut memang telah muncul berulang kali. Ia menjelaskan bahwa kondisi itu disebabkan oleh kombinasi terlalu sering berjabat tangan dan penggunaan aspirin dalam terapi pencegahan penyakit kardiovaskular.
"Ini adalah efek samping yang umum dan tidak berbahaya dari terapi aspirin," kata Leavitt, menanggapi pertanyaan yang sebelumnya dihindari oleh pihak Gedung Putih.
Dokter Gedung Putih, Sean Barbabella, turut memberikan klarifikasi. Ia menegaskan bahwa Trump tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit jantung, gagal ginjal, atau gangguan sistemik lainnya. Hasil pemeriksaan ekokardiogram Trump juga dinyatakan dalam batas normal.
"Presiden Trump tetap berada dalam kondisi kesehatan yang sangat baik," tulis Barbabella.
Sementara itu, menurut Dr. Matt Heinz, dokter penyakit dalam asal Arizona, insufisiensi vena kronis memang umum terjadi pada lansia, terutama jika disertai obesitas. Namun ia mencatat bahwa Trump telah menurunkan berat badan, yang kemungkinan besar membantu memperbaiki kondisinya.
Meski tergolong jinak, para ahli menekankan bahwa gejala seperti pembengkakan dan memar tetap perlu diawasi karena bisa menjadi indikasi masalah medis yang lebih serius. Faktor risiko utama meliputi usia lanjut, kelebihan berat badan, dan kurangnya aktivitas fisik. Jika tidak ditangani, insufisiensi vena kronis dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Isu kesehatan kembali menjadi sorotan utama di kancah politik Amerika Serikat, apalagi menjelang pemilu presiden. Setelah sebelumnya Presiden Joe Biden disorot karena masalah fisik dan kognitif, kini giliran Donald Trump yang menjadi perhatian publik akibat kondisi kesehatannya yang mulai terlihat jelas, meski sempat berusaha disamarkan lewat riasan.