Rujak Center Apresiasi Ideologi, Prinsip, dan Kebijakan Perumahan Anies Baswedan dengan Catatan

JAKARTA- Rujak Center for Urban Studies, sebuah wadah pemikir (think-act tank) yang fokus membentuk kota dan wilayah berkelanjutan, mengapresiasi visi Anies Baswedan di sektor hunian/perumahan karena mengakui bahwa hunian layak merupakan hak asasi manusia.

Rujak Center juga mengapresiasi Anies Baswedan yang memahami sektor perumahan, yaitu mengakui bahwa mayoritas warga telah memenuhi/memiliki hunian secara swadaya atau mandiri.

Elisa Sutanudjaja, Direktur Rujak Center for Urban Studies, menjelaskan bahwa Anies menawarkan skema untuk memperluas kesempatan bagi banyak pihak untuk memanfaatkaan sumber daya perumahan yang dimiliki oleh negara. Pasalnya, selama ini pembiayaan perumahan hanya disalurkan melalui lembaga perbankan dan harus produk pengembang/developer.

"Saya mengapresiasi kandidat yang mengakui hunian layak adalah hak asasi manusia [HAM]. Yang perlu diperhatikan adalah soal pertanahannya," ujar Elisa, Sabtu (11/11/2023).

Rujak Center baru saja mendapatkan penghargaan Asia Pacific Housing Innovation Award untuk inisiatif masyarakat sipil untuk Kampung Susun Akuarium di Jakarta, yang terbangun pada era Gubernur Anies Baswedan di tahun 2019-2022.

Elisa menjelaskan, selama ini rumah subsidi menjadi penyebab dari melebarnya kawasan perkotaan dan kerap berada di kawasan rentan bencana serta mendorong alih fungsi lahan.

"Jadi proposal kandidat [Anies Baswedan] untuk memusatkan lokasi di pusat kota sesungguhnya sesuai dengan kebutuhan warga dan lebih lestari. Namun, perlu dilengkapi dengan cara kandidat dalam penyediaan tanah."

Dia menilai, konsep perumahan Anies Baswedan yang disampaikan dalam acara Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (APERSI), telah konsisten dengan praktik saat Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta, yaitu kolaborasi.

"Namun, sekali lagi, saya menunggu konsep pengadaan tanahnya. Saya juga menunggu rencana kandidat untuk hunian sewa/kontrakan, kampung kota, dan lainnya," tuturnya.

Di sisi lain, Elisa meyakini bahwa program perumahan tersebut bisa diimplementasikan dengan segera. Pasalnya, Anies sepertinya bisa memanfaatkan ekosistem pembiayaan perumahan yang sudah ada, seperti Tapera [BP Tapera], SMF [Sarana Multigriya Finansial], dan lain-lain. Akan tetapi, menurutnya, pemanfaatan ekosistem pembiayaan perumahaan ini memiliki pembeda secara ideologi, yaitu terkait dengan hak asasi manusia.

"Tentu menarik utk mengikuti lanjutannya jika kandidat [Anies] terpilih, bagaimana lembaga finansial perumahan dapat diakses oleh yang non-perbankan dan non-bankable," kata Elisa.

Bakal calon presiden Anies Baswedan telah menyampaikan langkah dan strategi mengatasi persoalan perumahan di tanah air, seperti backlog, pendanaan, insentif pengembang, dan lainnya.

Anies menegaskan, ada 4 langkah utama untuk membangun sekaligus menyelesaikan permasalahan sektor perumahan di Indonesia. 1) Berlandaskan ideologi (UUD 1945 Pasal 28H (4) dan prinsip keadilan sosial. 2) Kebijakan kolaboratif yang berpegang pada ideologi dan prinsip keadilan sosial. 3) Reformasi pembiayaan perumahan. 4) Menciptakan kesetaraan yang sama bagi semua baik bagi pelaku usaha di sektor perumahan maupun bagi semua warga untuk memiliki rumah.

Anies juga memiliki visi dan misi untuk membangun 2 juta rumah per tahun di pusat-pusat kota. Selanjutnya terkait dengan reformasi pembiayaan perumahan, Anies memastikan agar kredit kepemilikan rumah (KPR) bisa diakses oleh semua pihak.

Menurutnya, prinsip utama agar suplai kebutuhan rumah itu ditopang dengan sistem pembiayaan yang membuat: 1) Suku bunga menjadi lebih rendah. 2) Mekanisme jauh lebih mudah, tidak hanya pekerja sektor formal, tapi juga sektor informal/nonformal dan pekerja independen memperoleh akses dan kemudahan terhadap kredit pembiayaan rumah (KPR).