
Jenazah korban tewas akibat penggerebekan narkoba (nytimes.com)
RIO DE JANEIRO - Jumlah korban tewas dalam operasi kepolisian terbesar dan paling berdarah di Rio de Janeiro kembali meningkat. Sedikitnya 132 orang dilaporkan tewas dalam penggerebekan yang menargetkan geng narkoba Comando Vermelho, kelompok kriminal tertua dan paling berpengaruh di kota tersebut.
Kantor pembela umum negara bagian Rio de Janeiro melaporkan bahwa operasi yang berlangsung pada Selasa (28/10) waktu setempat itu menjadi penggerebekan paling mematikan dalam sejarah kota tersebut.
Sementara itu, pihak kepolisian negara bagian melaporkan 119 korban jiwa, terdiri atas 115 tersangka kriminal dan empat anggota kepolisian.
Operasi ini dilakukan di dua kawasan padat penduduk atau favela yang dikenal sebagai basis utama Comando Vermelho. Ratusan personel gabungan diterjunkan dengan dukungan helikopter, kendaraan lapis baja, dan drone. Baku tembak sengit tak terhindarkan, sementara warga sekitar dilaporkan panik dan mencari perlindungan.
Menurut keterangan otoritas setempat, 113 orang telah ditahan dan 91 senapan serta sejumlah besar narkoba berhasil disita. Namun, keluarga korban menuding aparat melakukan eksekusi di luar hukum.
Pemerintah negara bagian justru menyebut operasi ini sebagai “keberhasilan dalam melawan narkoterorisme.”
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva menyampaikan keprihatinan atas banyaknya korban jiwa dan menyerukan penanganan kejahatan terorganisir tanpa mengorbankan keselamatan warga maupun aparat.
“Kita tidak dapat menerima bahwa kejahatan terorganisir terus menghancurkan keluarga-keluarga dan menyebarkan kekerasan di seluruh kota,” tulis Lula da Silva melalui media sosial X.
“Kita membutuhkan kerja sama terkoordinasi untuk menghancurkan tulang punggung perdagangan narkoba tanpa membahayakan polisi dan warga yang tidak bersalah.”
Sebagai tindak lanjut, Lula da Silva mengutus Menteri Kehakiman Ricardo Lewandowski ke Rio de Janeiro untuk berkoordinasi dengan Gubernur Claudio Castro dalam mengatasi krisis keamanan tersebut. Hakim Alexandre de Moraes juga memanggil Gubernur Castro guna memberikan penjelasan atas pelaksanaan operasi itu.
Gubernur Castro menyebut tindakan aparat sebagai langkah tegas menghadapi “narkoterorisme” dan menegaskan bahwa polisi hanya menargetkan anggota geng bersenjata. Namun, laporan dari lapangan menunjukkan adanya puluhan mayat yang ditemukan di jalan-jalan favela, dengan sebagian besar telah dilucuti dari perlengkapan militer oleh warga setempat.
Sekretaris Kepolisian Sipil Felipe Curi menyatakan bahwa mayat-mayat tersebut sengaja “dipajang di jalan” setelah warga mengambil pakaian dan senjata mereka.
Sementara Sekretaris Kepolisian Militer Marcelo de Menezes menegaskan, pasukan elite mendorong para penjahat ke wilayah hutan di pinggiran kota untuk melindungi warga sipil dari pertempuran langsung.
Operasi besar-besaran ini membuka kembali perdebatan nasional tentang cara penegakan hukum dan hak asasi manusia di Brasil, di tengah persiapan negara tersebut menjadi tuan rumah Konferensi Iklim PBB COP30 di kawasan Amazon dalam waktu dekat.
 Info Detak.co   |  Jumat, 31 Oktober 2025
   Info Detak.co   |  Jumat, 31 Oktober 2025        
 
           
               
               
               
               
               
               
              
 
               
               
              