JAKARTA- Mantan Calon Presiden (Capres) di Pilpres 2024, Anies Baswedan mengatakan pentingnya memberikan kebebasan kepada anak-anak muda dalam berkarya. Hal ini bisa membuat generasi muda menjadi lebih peka terhadap kondisi di sekitarnya.
Hal itu diungkapkan Anies dalam Dialog Kepemudaan yang diadakan oleh IKRAM Muda Malaysia dan Gerakan Turun Tangan secara daring pada Rabu, 15 Mei 2024.
Dalam acara tersebut, Anies memberikan pengalamannya yang sukses merangkul anak-anak muda Indonesia dalam setiap gerakan sosial.
Ia mengatakan, dalam merangkul anak-anak muda terdapat cara khusus.
"Kalau mau melibatkan anak muda, maka kita harus menawarkan gagasan, ide yang bisa membuat generasi muda punya kesempatan untuk berkarya, dan memberikan kepuasan bagi dirinya secara psikologis, secara intelektual, dan secara moral," kata Anies dikutip dalam siaran langsung YouTube Gerakan Turun Tangan.
Generasi muda menurut Anies memiliki sudut pandang yang berbeda dalam melihat persoalan di sekitarnya. Anies melihat anak-anak muda selalu berpikir visioner dengan keterbatasan yang dimilikinya.
"Dari pengalaman kami selama ini, anak-anak muda adalah anak-anak yang melihat situasi dengan kacamata yang berbeda. Anak-anak muda itu memikirkan masa depan, anak-anak muda itu peduli dengan yang ada di sekitarnya," ucapnya.
Ia pun mengambil contoh dari suksesnya lembaga nirlaba yang dibangunnya, yakni Indonesia Mengajar. Anies bercerita saat itu pemerintah kesulitan dalam mencari guru-guru yang ingin mengajar di daerah-daerah pelosok negeri.
Namun dengan adanya gerakan Indonesia Mengajar, hal tersebut sedikit terbantu. Banyak anak-anak muda yang dengan sukarela menjadi bagian penting dalam pertumbuhan pendidikan di pelosok Indonesia.
Menurutnya, ia menerapkan gaya pendekatan yang berbeda kepada anak muda. Ia menawarkan pengalaman berkarya dan pengabdian untuk maju orang-orang yang terhormat.
"Misalnya seperti Indonesia Mengajar, pemerintah sulit mencari pendidik untuk ditempatkan di tempat-tempat yang jauh. Sementara, dalam gerakan Indonesia Mengajar, ribuan berbondong-bondong mendaftar," ujar Anies.
Menurut Anies, sulitnya mencari relawan tenaga pendidik di pelosok negeri disebabkan tawaran yang terfokus pada materi. Hal seperti itu menurut Anies hanya menimbulkan perbandingan dengan kehidupan di kota-kota besar.
"Ketika kita mengundang mereka menjadi guru dengan tawaran imbalan gaji, maka imbalan gaji itu dibandingkan dengan tawaran gaji bekerja di kota dan di kooporasi yang jauh lebih besar," lanjutnya.
"Ketika tawarannya bukan tawaran uang, tapi tawaran kemuliaan, tawaran kehormatan, maka anak muda datang berbondong-bondong," pungkas Anies.