
Warga di Gaza angkat jenazah Anas Al-Sharif yang tewas dibunuh Israel. Foto: REUTERS/Ebrahim Hajjaj
JAKARTA - Serangan militer Israel di Kota Gaza pada Minggu (10/8) waktu setempat menewaskan empat jurnalis Al Jazeera, termasuk Anas al-Sharif. Al-Sharif meninggal dunia setelah sebuah tenda jurnalis di luar gerbang utama Rumah Sakit Al-Shifa terkena serangan. Ia dilaporkan melakukan perjalanan jauh dari Gaza utara untuk meliput kejadian tersebut.
Selain al-Sharif, korban tewas lainnya adalah koresponden Al Jazeera Mohammed Qreiqeh serta operator kamera Ibrahim Zaher dan Mohammed Noufal.
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa menduga serangan yang menewaskan para jurnalis itu merupakan tindakan sengaja dan terarah oleh militer Israel.
Sebelum meninggal, al-Sharif sempat menulis di akun X-nya bahwa Israel melakukan pengeboman intensif yang terfokus di wilayah timur dan selatan Kota Gaza. Dalam video terakhirnya, terdengar suara dentuman keras rudal Israel yang menerangi langit gelap dengan kilatan cahaya oranye.
Militer Israel dalam pernyataan terpisah menuduh al-Sharif sebagai pemimpin sel Hamas yang melakukan serangan roket terhadap warga sipil dan pasukan Israel. Mereka juga mengklaim memiliki "bukti tak terbantahkan" terkait keterlibatan al-Sharif dengan kelompok Hamas.
Namun, Muhammed Shehada, analis dari Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, menyatakan tidak ada bukti yang menunjukkan al-Sharif terlibat dalam konflik bersenjata. Ia menjelaskan, "Rutinitas harian al-Sharif hanya berdiri di depan kamera dari pagi hingga sore."
Pada Juli lalu, juru bicara militer Israel sempat mengunggah ulang video yang menuduh al-Sharif sebagai anggota sayap militer Hamas, tuduhan yang telah dibantah.
Israel kerap menuduh jurnalis Palestina di Gaza sebagai anggota Hamas. Sejak agresi di Gaza pada 2023, lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media telah tewas, dengan keluarga dan kerabat mereka juga menjadi sasaran militer Israel.