
Iran retaliates to US strikes, launches 6 missiles towards bases in Qatar. (AFP)
ISTANBUL - Iran meluncurkan serangkaian rudal ke Pangkalan Militer Amerika Serikat Al Udeid di Qatar pada Senin malam waktu setempat. Serangan ini memperparah eskalasi ketegangan regional setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran akhir pekan lalu.
Serangan tersebut diumumkan oleh televisi nasional Iran, Press TV, sebagai awal dari operasi militer yang diberi nama "Bashayer Al-Fath" atau Berita Baik Kemenangan. Media tersebut menyatakan bahwa Angkatan Bersenjata Iran meluncurkan "serangan rudal yang kuat dan menghancurkan" sebagai respons atas agresi AS.
Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran mengklaim bahwa jumlah rudal yang ditembakkan setara dengan jumlah bom yang digunakan AS dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, menyebutnya sebagai pesan langsung kepada Washington dan sekutu-sekutunya.
"Pesan kami kepada Gedung Putih dan sekutunya jelas: Iran tidak akan membiarkan agresi terhadap kedaulatan dan tanah airnya tanpa balasan," tegas IRGC dalam pernyataannya.
Selain ke Qatar, kantor berita IRNA juga melaporkan bahwa Iran menembakkan rudal ke pangkalan AS di Irak, meski belum ada rincian lebih lanjut.
Respons Qatar dan Negara Sekitar
Kementerian Pertahanan Qatar menyatakan berhasil mencegat serangan rudal tersebut dengan sistem pertahanan udaranya. Tidak ada korban jiwa dilaporkan. Namun, Kementerian Luar Negeri Qatar mengeluarkan kecaman keras atas serangan itu, menyebutnya sebagai "pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Qatar, ruang udara, hukum internasional, dan Piagam PBB."
Pemerintah Qatar juga menegaskan haknya untuk melakukan pembalasan secara proporsional sesuai hukum internasional.
Dampak serangan juga dirasakan di Bahrain. Kementerian Dalam Negeri setempat melaporkan bahwa sirene darurat sempat berbunyi dan warga diminta mencari perlindungan hingga situasi aman.
Latar Belakang Ketegangan
Serangan rudal Iran terjadi setelah AS meluncurkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran di Fordo, Natanz, dan Isfahan pada Ahad (22/6). Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi operasi tersebut, yang disebut sebagai respons atas peningkatan ancaman dari Teheran.
Sebelumnya, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yakni Ali Akbar Velayati, telah memperingatkan bahwa negara mana pun yang mengizinkan wilayahnya digunakan untuk menyerang Iran akan dianggap sebagai target sah.
Ketegangan antara Iran dan AS juga diperburuk oleh serangkaian serangan militer Israel yang disebut-sebut didukung oleh Washington sejak 13 Juni lalu. Iran membalas dengan serangan rudal, yang menurut otoritas Israel menewaskan sedikitnya 25 orang dan melukai ratusan lainnya.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Iran melaporkan bahwa sedikitnya 430 warga Iran tewas dan lebih dari 3.500 terluka akibat serangan udara Israel ke wilayah Iran.