Suasana Pendidikan Kampus di Jerman: Goethe dan Albert Ludwigs Universitat

Author : Nisrin

Goethe Universitat dan Albert Ludwigs adalah dua nama kampus besar di dua kota ternama di Jerman yaitu Frankfurt dan Freiburg yang memberikan kesempatan kami untuk belajar disana pada musim Semi kali ini. Bersama Professor Arndt Graf dan Professor Michaela Haug kami belajar banyak tentang South East Asian Studies dan Urban Ethnography.

Para mahasiswa di Jerman lebih sering melalukan kegiatan diskusi daripada kegiatan perkuliahan biasa seperti di Indonesia, dimana dosen memberikan topik untuk dielaborasi bersama dalam proses pembelajaran. Hal unik dari sistem pembelajaran di universitas yang ada di Jerman adalah, ketika mahasiwa selesai melalukan presentasi, para mahasiswa yang lain akan melakukan “Toi, Toi,Toi”. Awalnya Toi, Toi, Toi digunakan untuk mengucapkan “Semoga berhasil” oleh masyarakat Jerman pada Abad ke-19, namun seiring berjalannya waktu Toi, Toi , Toi digunakan untuk mengapresiasi seseorang setelah melakukan presentasi dengan cara mengetuk tangan di atas meja beberapa kali dimana di Indonesia kita biasanya melakukan dengan tepuk tangan saja. Namun, ada hal yang tidak boleh dilakukan disini yaitu mengambil dokumentasi mahasiswa dalam bentuk apapun tanpa izin ketika kelas berlangsung. Hal tersebut dianggap tidak sopan karena mengganggu privasi orang lain.

Di setiap kampus terdapat kantin mahasiwa atau yang bisa disebut “Mensa” yang beroperasi dari jam 11.00-02.00 siang, setiap mahasiwa memerlukan kartu identitas mereka untuk bisa mengakses menu makan siang. Kebanyakqn orang Jerman adalah vegetarian sehingga banyqk menu makan siang yang tidak mengandung daging,hal ini sangat menguntungkan kami mahasiswa Muslim di kampus Jerman karena semua makanan terverifikasi halal dengan bahan dasar sayuran.

Selain itu negara dengan mayoritas masyarakat non-Muslim ini, di kampusnya tersedia “House of Silence” yang merupakan tempat ibadah bagi beberapa agama termasuk Islam, uniknya letak tempat ibadah umat Muslim di Goethe Universitat berada di tengah-tengah dengan filosofi semua agama yang ada disini melindungi agama Islam yang merupakan agama minoritas agar bisa beribadah demgaj nyaman dan tenang.

Bagi mahasiswa perpustakaan sudah seperti rumah kedua mereka, bahkan perpustakaan menyediakan learning room bagi mahasiwa yang bisa dipesan untuk satu semester tanpa dikenai biaya apapun, fasilitas perpustakaan yang sangat lengkap membuat mahasiwa nya betah di dalam perpustakaan, sering kali mereka rehat sejenak hanya bersantai di Platz yang merupakan tempat khusus publik untuk mahasiswa sebelum melanjutkan aktivitas di perpustakaan kembali.

Lingkungan kampus yang car free adalah sesuatu yang patut dikagumi dari kehidupan kampus Jerman. Selain bebas polusi hal ini membuat lingkungan kampus asri, aman bagi pejalan kaki yang dapat membuat tingkat harapan hidup di Jerman tinggi, dan menciptakan lalu lintas yang teratur dan bebas dari macet.

Masa-masa study visit berlalu tanpa terasa, banyak ilmu begitu juga dengan pengalaman baru yang kami dapatkan seiring berjalannya waktu, mengenalkan budaya Aceh dan Indonesia ke Jerman merupakan sebuah kehormatan bagi kami, sepanjang perjalanan kami ditemani oleh kutipan sekaligus panduan dari buku ”A Travelogue Aceh-Germany-Europe” yang merupakan karya dari Guru Besar sekaligus Professor kami , Dr. Phil. Saiful Akmal yang menemani Study Visit ke Jerman pada kesempatan kali ini, yang insyaallah bagian ketiga dari buku ini akan kami sambung bersama-sama setelah kembali ke Kutaraja.