Foto: istimewa
AMERIKA SERIKAT - Seorang pilot militer AS dinyatakan meninggal dunia setelah membakar diriya di luar kedutaan Israel di Washington pada akhir pekan sebagai bentuk bela Palestina.
Angkatan Udara AS mengonfirmasi kabar kematian tentaranya itu pada Senin (26/2).
Angkatan Udara mengumumkan, seperti diberitakan AFP, prajurit yang tak disebutkan namanya tersebut meninggal dunia pada Minggu (25/2) malam setelah sempat kritis imbas aksi bakar diri.
Dalam video yang beredar sebelumnya di media sosial, pria itu mengenakan seragam militer merekam video dirinya sendiri dan menyatakan "tidak akan terlibat dalam genosida."
Setelah itu, ia menyiram dirinya, membakar tubuhnya, dan berteriak "Bebaskan Palestina!" sampai pingsan.
Video tersebut kabarnya pertama kali dibagikan dalam siaran langsung di platform sosial Twitch.
Petugas tanggap darurat pada Minggu (25/2) diberitakan langsung bergegas ke tempat kejadian setelah mendapatkan "panggilan untuk mencari orang yang terbakar di luar Kedutaan Besar Israel."
Pilot militer AS itu langsung dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Di sisi lain, juru bicara kedutaan Israel mengatakan tidak ada staf yang terluka.
Hingga kini Kedubes Israel di beberapa negara menjadi sasaran aksi protes terhadap perang di Gaza. Perang di Gaza memicu protes pro-Palestina dan pro-Israel di Amerika Serikat.
Hampir lima bulan memanasnya agresi Israel di Gaza yang dimulai sejak 7 Oktober, 29.600 warga sipil telah tewas dan menyebabkan kehancuran massal di Gaza.
Agresi Israel juga menyebabkan 85 persen penduduk wilayah itu terpaksa mengungsi di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Pekan lalu, Washington memblokir resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, yang merupakan veto ketiga yang digunakan Washington dalam masalah ini.
Beberapa pemilih di Partai Demokrat yang dipimpin Joe Biden berusaha menekan presiden mengenai masalah ini, dengan kelompok pemilih Arab-Amerika di Michigan berjanji memilih "tanpa komitmen" atau menulis dalam "Bebaskan Palestina" pada surat suara mereka pada pemilihan pendahuluan di negara bagian tersebut.
Sementara itu, Gedung Putih telah mencoba mengatasi kekhawatiran para pemilih Arab dan Muslim dengan menggambarkan presiden frustrasi terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu.
Namun, persenjataan AS sesungguhnya sudah mengalir ke Israel sejak 7 Oktober, sementara upaya Washington untuk menengahi jeda kedua pertempuran sejauh ini gagal.