Wayang Potehi Jombang ke Eropa: Menampilkan Geger Pecinan hingga Nyanyi Ya Lal Waton

Kiprah internasional Wayang Potehi FuHeAn Gudo Jombang semakin berkibar. Bulan lalu, tidak hanya mementaskan cerita geger Pecinan, mereka juga mengumandangkan Ya Lal Waton, mars kebangsaan milik Nahdlatul Ulama, saat manggung dalam Sidang Umum UNESCO di Paris, 11-12 Juni 2024.

"Kamii mendapatkan undangan pementasan ke Eropa melalui Asosiasi Tradisi Lisan," ujar Toni Harsono, pimpinan Potehi FuHeAn, dalam acara syukuran hasil lawatan, Selasa (9/7), di komplek Museum Potehi Gudo Jombang.

Bersama rombongan berjumlah 7 orang, Toni Harsono melakukan dua kali pentas di kampus Università Degli Studi di Napoli "L'Orientale" Italia.

Menurut Profesor Antonia Soriente, pihak pengundang, pementasan wayang Potehi di kampusnya merupakan bagian dari Festival Budaya dan seminar internasional.

"Sambutan civitas akademika di sana sangat luar biasa. Kami mementaskan beberapa cerita, salah satunya Geger Pecinan," tambah Toni.

Menurut Toni, cukup banyak mahasiswa merespon kehadiran wayang Potehi. Mereka agak heran kenapa eksistensi wayang Potehi yang kuat nuansa Tionghoanya bisa dirawat di Indonesia. Keheranan ini mendorong Toni menceritakan suka duka sejarah wayang Potehi dalam keluarga dalam pergulatan politik di Indonesia.

Dalam pementasan tersebut, Toni dan kelompoknya juga menyanyikan lagu-lagu Jawa Timur, misalnya, Rek Ayo Rek. Lagu ini dipilih untuk memperkenalkan Jawa Timur lebih jauh.

Setelah dari Italia, rombongan Potehi bergerak menuju Paris. Di sana, mereka mereka menghadiri Konvensi ke-10 Sidang Umum Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang diselenggarakan UNESCO.

Dikutip dari laman kemdikbud.go.id, dari ratusan WBTB milik Indonesa, terdapat 12 yang telah diakui oleh UNESCO, salah satunya adalah wayang. Sebelas lainnya adalah Keris, Batik, Pendidikan dan Pelatihan Membatik, Angklung, Tari Saman, Noken , Tiga Genre Tari Bali, Kapal Pinisi, Tradisi Pencak Silat, Pantun, dan Gamelan.

"Kami sangat senang bisa tampil di forum internasional ini," kata Catherine Ayin, salah satu kru pesinden, yang juga ikut dalam perjalanan ke Eropa. Perempuan berdarah Tionghoa-Jawa ini juga menyuguhkan tarian khas Potehi Gudo.

Dalam rangkaian Sidang Umum tersebut, Potehi mementaskan cerita perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda, dalam cerita Geger Pecinan.

Uniknya, sebelum pementasan dimulai, Toni dan Catherine menyanyikan lagu Ya Lal Waton, lengkap beserta teks Arab dan Indonesianya, diiringi alat musik Potehi.

"Terutama di Jombang sebagai basis Nahdliyin, lagu ini sangat terkenal, menyuarakan rasa nasionalisme," papar Toni.

Lagu ini, tambahnya, merupakan apresiasi terhadap umat Islam Indonesia, khususnya warga NU, atas komitmen toleransi mereka menjaga keragaman selama ini.

Dalam pementasan tersebut, tampak hadir Prof. Ismunandar, Duta Besar (Dubes)/Wakil Delegasi Tetap RI untuk UNESCO serta perwakilan diplomatik beberapa negara, antara lain, Dubes Belgia, Dubes Palestina, Dubes Yaman, delegasi Singapura dan Malaysia.

'Supaya bisa ke Eropa, kami menggalang donasi publik. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung Potehi FuHeAn," kata Toni disambut tepuk tangan para undangan syukuran.

Lebih dari 40 tokoh lintas agama dan masyarakat hadir dalam acara tersebut, salah satunya Mundjidah Wahab, Bupati Jombang 2018-2023.

"Ini sangat membanggakan Indonesia, khususnya warga Nahdliyyin," ujar putri kelima salah satu pendiri NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah Tambakberas Jombang. Acara syukuran diakhiri dengan menyanyikan lagu Ya Lal Waton.