Anak-anak di Dusun Tegalsari asyik menikmati air dari ALPAMAL
SURABAYA-Fenomena krisis air bersih masih sangat sering ditemui, terutama di wilayah pesisir yang dekat dengan pantai. Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon yang terletak di Sidoarjo adalah salah satunya. Selama ini, masyarakat di sana harus hidup berdampingan dengan kondisi air payau yang sangat tinggi kadar garamnya, sampai tak layak konsumsi.
Mengetahui hal itu, Dr.rer.nat. Ir. Surya Hermawan, S.T., M.T., dosen Faculty of Civil Engineering and Planning PCU (Petra Christian University) terus berupaya untuk memberikan solusi, salah satunya dengan membuat alat pemurni air payau yang diberi nama ALPAMAL (Alat Pemurni Air Payau dengan Material Lokal).
“Masyarakat mengaku, mereka sudah lebih dari 30 tahun bergumul atas kesulitan mendapatkan air bersih. Padahal di sana ada sumber air payau, namun mereka belum tahu cara memanfaatkannya,” ungkap Surya.
Setelah melewati masa-masa trial and error selama kurang lebih enam tahun lamanya, akhirnya pada momen Hari Pahlawan (10/11) yang lalu, ALPAMAL secara resmi bisa digunakan oleh para warga.
Dosen yang juga tergabung sebagai anggota Perkumpulan Ahli Rekayasa Pantai Indonesia (PARPI) dan Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Jawa Timur itu merinci, air yang dihasilkan oleh ALPAMAL terbukti tidak mengandung bakteri E. coli dan bisa dikonsumsi, karena telah teruji oleh PT Sucofindo. Selain itu, uji kelayakannya pun sudah memenuhi standar Kemenkes dan WHO (World Health Organization) sekaligus.
ALPAMAL ini menggantikan alat yang tahun lalu sempat dipasang di salah satu rumah warga di Dusun Tegalsari, yang masih belum sempurna. Kemudahan akses untuk air bersih memang menjadi dambaan bagi warga Dusun Tegalsari.
Tercatat ada 178 KK (Kepala Keluarga) yang setiap harinya harus membeli air bersih, untuk keperluan minum dan memasak. Jika di total, dalam satu tahun dusun ini bisa menghabiskan biaya sebesar Rp 512.640.000 hanya untuk membeli air.
Mashudi, RW dari Dusun Tegalsari mengungkapkan rasa syukurnya karena bisa mendapatkan air layak konsumsi, tanpa harus membelinya lagi. “Kami sangat senang dan berterima kasih. Sebab upaya untuk mendapat air bersih sudah kami lakukan sejak lama, misalnya dengan pengeboran. Tapi hasil airnya tetap terasa pahit,” ujarnya.
“Enak! Rasa airnya segar banget,” celetuk Akbar, bocah 10 tahun, anak dari warta setempat itu. Akbar menjadi salah satu yang berkesempatan untuk merasakan air hasil pemurnian ini untuk pertama kalinya.
Dalam momen ini pula, Surya mengajak mahasiswa PCU dari kelas Ilmu Lingkungan yang ia ampu, sebagai bagian dari kegiatan Service Learning. Sebanyak 25 Petranesian mahasiswa ikut membantu proses perencanaan, pembuatan, hingga peluncuran ALPAMAL kepada warga setempat.
Peluncuran ALPAMAL ini merupakan lanjutan dari hibah Dikti dengan No. PKS: 792/E1.1/KS.03.00/2023, berjudul Program Pembinaan UMKM Nurul Ismiati yang sedang dilakukan oleh Surya bersama empat dosen PCU lainnya.
“Banyak warga Dusun Tegalsari memiliki usaha budidaya udang, rumput laut, dan kepiting. Hasil budidaya itu kemudian dipakai untuk membuat produk-produk UMKM seperti kerupuk, bolu, dan mie. Nah, air yang sudah dimurnikan ini bisa mereka pakai untuk membuat produk UMKM tersebut. Dengan kualitas air yang lebih bersih dan sehat, saya yakin itu juga bisa meningkatkan kualitas produknya,” tutup Surya.