Anies Baswedan Membaca Who Moved My Cheese?: Kiat Menghadapi Perubahan

YOGYAKARTA- Anies Baswedan dalam kegiatannya membaca buku, mendapatkan beberapa feedback. Ada meminta agar buku-buku yang dibaca lebih ringan, jangan buku-buku yang berat. Anies pun merespons masukan itu. Dan kali ini buku yang dibaca berjudul Who Moved My Cheese?

Anies menceritakan, sekitar tahun 2000-an, saat sedang bekerja sebagai asisten dosen di College of Education, Northern Illinois University. Saat itu, Anies sedang menyelesaikan program doktor.

Suatu ketika, ada dekan baru yang ditunjuk, dan dia datang sekitar tahun 1999 atau 2000. Dekan tersebut lalu mengumpulkan semua asisten dosen, dosen, dan staf untuk memberikan semacam perkenalan diri.

Menurut Anies, dekan itu juga datang membawa buku yang baru saja terbit, buku kecil berjudul Who Moved My Cheese? dan membelikan buku itu untuk seluruh dosen dan staf. "Jadi, semua orang saat pulang mendapatkan satu buku. Sekarang, buku ini sudah dicetak lebih dari 28 juta kopi dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia," kata Anies dalam video yang dibagikan melalui YouTube dikutip Senin, 21 Oktober 2024.

Dalam bahasa Indonesia, judulnya tetap yaitu Who Moved My Cheese? (Siapa Memindahkan Keju Saya), yang ditulis oleh Dr. Spencer Johnson.

Anies mengungkapkan, buku ini menarik. Publikasi pertamanya tahun 1998 dan buku ini bercerita tentang sebuah peristiwa di lorong-lorong tempat tikus berada. Di situ ada dua tikus, Sniff dan Scurry, serta dua orang mini, Hem dan Haw.

Karakter-karakter ini mencari keju. Keju ini adalah sesuatu yang diharapkan, sesuatu yang diinginkan. Jadi, 'cheese' dalam cerita tersebut melambangkan sesuatu yang ingin dicapai atau diraih.

Empat karakter ini memiliki pasokan keju di Station C. Meskipun ada pasokan, Sniff dan Scurry selalu waspada. Sementara itu, Hem dan Haw cenderung menerima keadaan, merasa sudah cukup dengan pasokan yang ada, dan tidak memikirkan alternatif lain.

Suatu ketika, keju ini hilang. Sniff dan Scurry yang selalu waspada langsung mencari keju baru. Sementara Hem dan Haw menyangkal kenyataan, tidak mau mencari tempat baru atau jalan baru, bahkan menolak menerima kenyataan.

Haw akhirnya memutuskan untuk keluar mencari keju baru. Ia meninggalkan Hem yang tetap bertahan, dan akhirnya Haw berhasil menemukan station baru dengan keju yang variasinya jauh lebih banyak. "Yang menarik dari buku ini adalah beberapa pelajaran penting," ungkapnya.

Anies menyebutkan, pelajaran penting tersebut yakni:
1. Perubahan tidak bisa dihindari. Dalam hidup, perubahan akan selalu ada.
2. Harus mengantisipasi perubahan. Sniff dan Scurry selalu waspada dan siap menghadapi perubahan.
3. Cepat beradaptasi ketika terjadi perubahan. Dengan begitu, kita bisa mengatasi tantangan yang muncul akibat perubahan.
4. Nikmati perubahan. Ketika ada perubahan, tanggapi dengan positif dan lihat sebagai jalan baru untuk mendapatkan hikmah di baliknya.
5. Selalu bersiap untuk perubahan selanjutnya. Setelah melewati perubahan, jangan lengah karena akan ada tantangan baru lagi.

Menurut Anies, buku Who Moved My Cheese? ini telah menjadi salah satu buku yang sukses, sering digunakan dalam setting bisnis dan organisasi untuk mengajar karyawan cara mengantisipasi perubahan.

Namun, seperti buku-buku bisnis lainnya, buku ini juga menerima kritik. Ada yang mengkritik karena dianggap menyederhanakan kompleksitas perubahan menjadi rumus-rumus sederhana.

"Namun, justru kesederhanaan buku ini, dengan cara penyampaiannya yang simpel dan format yang mudah diakses, membuatnya mudah dipahami serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," jelasnya.