YOGYAKARTA- Anies Baswedan mengungkapkan rahasia menciptakan kota yang nyaman dan ramah pejalan kaki melalui video di kanal YouTube-nya. Ia merujuk pada dua buku penting karya Jeff Speck, Walkable City dan Walkable City Rules, yang menjadi panduan dalam merancang kota yang mendukung mobilitas warganya.
Menurut Anies, Jeff Speck menyampaikan bahwa kemampuan untuk berjalan kaki adalah kunci utama kesuksesan sebuah kota. "Jeff Speck adalah seorang perencana kota yang sangat terkenal," katanya dikutip Selasa, 5 November 2024.
Suami dari Fery Farhati ini mengungkapkan, buku Walkable City membahas tentang konsep, sedangkan Walkable City Rules, membahas tentang praktik baik atau contoh-contohnya.
"Konsep walkability tidak hanya tentang kenyamanan, tetapi juga mencakup aspek kesehatan, interaksi sosial, dan pertumbuhan ekonomi. Kota yang ramah pejalan kaki membawa banyak manfaat," jelas Anies.
Pertama, meningkatkan kesehatan warga dengan mengurangi risiko penyakit seperti jantung dan masalah pernapasan akibat polusi. Kedua, mengurangi polusi dan kemacetan karena lebih sedikit kendaraan bermotor di jalan.
Ketiga, meningkatkan interaksi sosial, sesuatu yang sulit dicapai jika masyarakat lebih banyak menggunakan kendaraan bermotor. Keempat, mendukung pertumbuhan ekonomi lokal karena pejalan kaki lebih cenderung berbelanja di toko-toko kecil, kafe, dan pedagang kaki lima.
Menurut Anies, untuk menciptakan kota yang walkable, ada beberapa prinsip utama yang harus diterapkan:
1. Trotoar lebar dan nyaman, dilengkapi dengan pohon untuk memberikan keteduhan.
2. Zona bebas kendaraan bermotor untuk mengurangi dominasi kendaraan dan memberikan lebih banyak ruang bagi pejalan kaki.
3. Sistem transportasi umum yang terintegrasi dan efisien, memudahkan perjalanan jarak jauh.
4. Ruang publik yang menarik, seperti taman dan area pedestrian yang memikat.
Anies saat menjabat Gubernur DKI Jakarta pernah mencontohkan penerapan konsep ini di Jakarta, seperti Jalan Kendal dan kawasan Kota Tua yang kini menjadi area pedestrian sepenuhnya. Meskipun awalnya mendapat protes, kini masyarakat menikmati transformasi tersebut.
Perubahan signifikan juga terlihat di Jalan Sudirman, yang dahulu memiliki jalur cepat dan lambat. Kini jalur tersebut terintegrasi dengan trotoar yang lebih lebar, membuat banyak pekerja lebih suka berjalan kaki lebih panjang dari halte.
Namun, kata Anies, tentu saja menciptakan kota yang walkable memiliki tantangan, yang terbesar adalah pola pikir masyarakat yang masih bergantung pada kendaraan bermotor. Selain itu, trotoar sering digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL).
"Maka solusinya adalah konsistensi dalam menegakkan aturan sangat penting, serta harus memberikan solusi bagi PKL," tegasnya.