YOGYAKARTA - Anies Baswedan kali ini membahas salah satu buku pengembangan diri yang paling berpengaruh sepanjang masa. Untuk mereka yang berusia 40 tahun ke atas, mungkin sudah pernah membaca atau mempraktikkannya. Namun, bagi generasi yang lebih muda, belum tentu pernah membacanya. Buku ini berjudul The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey.
Menurut Anies, buku ini luar biasa sebagai sebuah karya. Dirinya benar-benar bisa merasakannya. "Saya ingat membaca buku ini saat kuliah sekitar awal tahun 1990-an. Buku ini sangat populer pada masa itu," kata Anies dalam unggahan di YouTube pribadinya yang dikutip Jumat, 15 November 2024.
Anies mengatakan, buku dibahasnya saat ini merupakan edisi yang diterbitkan pada tahun 2013. Saat itu saja sudah terjual 25 juta kopi. Kebetulan, edisi tersebut merupakan perayaan ulang tahun ke-25 buku ini.
Sekarang, usia buku ini sudah mencapai 35 tahun, dengan jumlah eksemplar yang terjual tentu jauh lebih banyak. "Yang lebih menarik, buku ini telah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa," kata Anies.
Gubernur DKI Jakarta 2017-2022 in mengungkapkan, buku ini bukan sekadar buku motivasi biasa. Ini adalah panduan transformasi diri yang disusun berdasarkan studi literatur selama 100 tahun terakhir.
Ada tujuh kebiasaan utama yang digambarkan dalam buku ini:
1. Proaktif
Ini bukan hanya tentang mengambil inisiatif, tetapi juga bertanggung jawab. Covey menekankan pentingnya fokus pada "lingkaran pengaruh" kita, yaitu hal-hal yang bisa kita kendalikan, bukan hal-hal di luar kendali kita.
2. Mulai dengan tujuan akhir dalam pikiran
Kebiasaan ini mengajarkan kita untuk membayangkan apa tujuan hidup kita di akhir. Ini bukan sekadar menetapkan tujuan, tetapi menciptakan visi yang jelas untuk hidup kita. Covey menyarankan untuk membuat pernyataan misi pribadi sebagai panduan dalam mengambil keputusan sehari-hari.
3. Mendahulukan yang utama
Ini berkaitan dengan manajemen waktu dan prioritas. Covey memperkenalkan kuadran manajemen waktu untuk membantu kita fokus pada hal-hal penting meskipun tidak mendesak, seperti perencanaan jangka panjang dan pengembangan diri.
4. Berpikir win-win solution
Kebiasaan ini mengajarkan untuk mencari solusi yang menguntungkan semua pihak, bukan kompromi. Pola pikir ini menciptakan hubungan yang lebih baik dan hasil yang optimal bagi semua orang.
5. Berusaha memahami sebelum dipahami
Covey menekankan pentingnya mendengar dengan empati untuk benar-benar memahami orang lain, bukan sekadar merespons. Dengan memahami emosi dan maksud orang lain, kita lebih mudah membangun hubungan yang baik.
6. Sinergi
Kebiasaan ini mengajarkan kerja sama yang kreatif. Sinergi terjadi ketika perbedaan dihargai dan digabungkan untuk menciptakan solusi yang lebih baik. Sinergi adalah puncak dari kebiasaan sebelumnya.
7. Menajamkan gergaji
Ini adalah kebiasaan pembaruan diri yang berkelanjutan. Analogi ini menggambarkan bagaimana gergaji yang sering dipakai akan tumpul jika tidak diasah. Covey menekankan pentingnya pembaruan di empat aspek: fisik, mental, sosial-emosional, dan spiritual. Dengan terus mengasah diri, kita dapat memastikan efektivitas dalam jangka panjang.
Anies mengatakan, buku ini tidak hanya menjelaskan konsepnya, tetapi juga memberikan panduan praktis untuk menerapkannya. "Ketika kita mempraktikkan tiga kebiasaan pertama, kita akan mencapai independence. Selanjutnya, dengan mempraktikkan tiga kebiasaan berikutnya, kita akan mencapai interdependence," jelasnya.
"Semua ini dibungkus dalam konsep "menajamkan gergaji" atau sharpen the saw," imbuh Anies.
Anies tidak heran, jika buku ini menjadi salah satu yang paling populer di dunia. "Bagi saya, buku ini sangat layak dibaca secara lengkap. Banyak wawasan dan latihan praktis yang bisa dipelajari di sini. Sekarang, bahkan sudah tersedia versi turunan dari buku ini yang ditujukan untuk remaja dan anak-anak," papar Anies.