Jocelyn Clarissa Antony (berkacamata), Dimas Permana (Kelompok Marabunta) dan Bella Tania Prissilla saat asyik membuat karya menggunakan teknik Linocut.
Jenuh dengan dunia seni yang itu-itu saja? Ini dia “Ennui”, sebuah pameran yang menampilkan beragam karya seni grafis hasil kolaborasi antara DKV PCU bersama komunitas Marabunta, sekelompok seniman dari Yogyakarta.
Menampilkan 60 karya seni grafis dengan beragam teknik, mulai dari cetak tinggi, cetak dalam, cetak saring, hingga cetak datar. Semuanya itu dipamerkan di Look Gallery, Q.801, gedung Q kampus PCU mulai tanggal 13 - 20 Mei 2024.
“Pesatnya era digitalisasi membuat minimnya eksistensi seni grafis konvensional. Pameran ini dihadirkan untuk memperkenalkan kembali kepada para mahasiswa sebagai gen Z, dan masyarakat luas, tentang seni grafis konvensional, sekaligus jadi wadah berbagi pengalaman. Hadir beberapa karya yang merupakan desain grafis tradisional dan modern, sebagai relasi antara keterampilan klasik dan inovasi teknologi,” ujar Anang Tri Wahyudi, S.Sn., M.Sn., dosen DKV PCU.
Anang merinci, tercatat ada 25 karya mahasiswa DKV PCU semester dua, dan 35 karya perupa muda seni dari Yogyakarta yang terlibat dalam pameran kali ini. Karya dari para mahasiswa masih sederhana, yaitu dengan menggunakan unsur hitam putih saja. Sementara karya dari para perupa Yogyakarta lebih kompleks dengan menggunakan berbagai macam warna.
“Kami memang sengaja menyandingkan hasil karya mahasiswa dengan perupa seni Yogyakarta. Tujuannya agar mahasiswa lebih terpacu untuk bisa membuat karya yang apik dan keren, seperti karya dari para seniman Yogyakarta itu,” tambah Anang.
Beragam rangkaian kegiatan dapat dinikmati selama seminggu itu. Antara lain sharing session, workshop grafis, dan tentu saja pameran karya seni grafis. Sharing session yang terbuka untuk umum itu dimulai pukul 10.00 (14/5) di Look Gallery, gedung Q lantai 8. Hadir dua orang seniman perupa asal Yogyakarta yang tergabung dalam komunitas Marabunta, sebagai pembicara.
Mereka antara lain Dionisius Caraka dan Surya Adiwijaya. Para perupa seni Yogyakarta itu akan berbagi pengalaman selama berkesenian grafis, serta nilai-nilai dalam seni grafis. “Mereka bicara tentang sejarah dan keunikan eksplorasi teknik yang tidak ditemukan dalam jenis seni murni lainnya. Selain itu, kedua pembicara juga membahas soal teknik seninya, alat, bahan hingga penerapannya secara praktis,” tambah Anang yang juga PIC acara Ennui Art Exhibition.
Sementara itu, workshop akan diadakan selama dua hari (16 & 18/05) secara terbatas. Para peserta akan belajar tentang teknik cetak tinggi dengan menggunakan media Lino (Linocut) berbahan karet sebagai master. Bahan Lino itu akan dipangkas dengan pisau cukil, kemudian diaplikasikan ke media cetak (kertas, kaos oblong, dan tote bag). Hari pertama (16/5) merupakan workshop Drypoint, sedangkan hari kedua (18/5) adalah workshop Linocut. Harapannya dengan kegiatan ini para peserta akan mendapatkan pengalaman empirik dalam menciptakan karya seni grafis.
Pameran menjadi salah satu bentuk presentasi utama, agar para pengunjung semakin memahami karya dengan beragam teknik seni grafis. Salah satunya milik Jillian Alice. Linocut on paper ini menceritakan mengenai Candra Kirana yang sedang tersihir di dalam Keong Mas. “Saya menggunakan gambar Keong Mas yang mengeluarkan suatu aura sihir tentang ikatan yang mengikat Candra Kirana. Sementara rambut yang berterbangan menggambarkan keadaan yang tidak stabil atau terjebak dalam keadaan yang sulit,” tambah Jillian.
Sekilas tentang Petra Christian University (PCU), sebuah universitas swasta yang berdiri sejak tahun 1961 bertempat di Surabaya, Indonesia. PCU memiliki fakultas-fakultas yang terkemuka di bidang pendidikan, teknologi, konstruksi, bisnis, dan industri kreatif.