Elizabeth Tjandra, wisudawan dari Architecture PCU yang membuat tugas akhir tentang Kampung Susun Adaptif di Ngagel, Surabaya
SURABAYA-“Puji syukur kepada Tuhan, khususnya untuk para wisudawan, yang berhasil menyelesaikan masa studinya di PCU dengan amat baik. Only by His grace! Soli Deo Gloria,” ucap Rektor PCU (Petra Christian University), Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., dengan penuh bangga saat melepas 547 wisudawan, pada Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda ke-85.
Digelar selama dua hari pada 1-2 Maret 2024 mulai pukul 09.00 WIB, di Auditorium Gedung Q kampus PCU. Hadir pula Pendeta Tracy Trinita dari GKPB (Gereja Kristen Protestan di Bali) Jemaat Dhyana Pura cabang Seminyak, Bali. Pendeta yang juga mantan supermodel ternama di level nasional dan internasional ini pun berpesan kepada para wisudawan untuk terus mengucap syukur kepada Tuhan, Sang pemberi hidup.
“Ini merupakan hari yang bahagia dan bersejarah, di mana perjuangan dari para wisudawan akhirnya berbuah manis. Saya percaya bahwa kalian semua punya talenta yang sudah kalian kembangkan dengan baik selama berkuliah di sini, dan ingat, Tuhan lah Sang pemberi talenta itu. Jadi marilah, meski pencapaian ini sudah diraih, tetap ingat Tuhan dan selalu berjaga-jaga agar apa yang kita kejar sebagai anak Tuhan itu tidak sama dengan apa yang duniawi kejar,” papar Tracy.
Mendengar renungan tersebut, para wisudawan pun tampak semakin bahagia dan semangat untuk melanjutkan perjuangan mereka setelah menuntaskan perjalanan di bangku kuliah ini, tentunya sesuai dengan kehendak Tuhan.
Elizabeth Tjandra jadi salah satu yang ikut merayakan kelulusannya. Sebelum lulus, wisudawan dari program Architecture PCU satu ini berhasil membuat karya tugas akhir yang menarik, berjudul “Kampung Susun Adaptif di Ngagel, Surabaya”.
Penelitiannya bermula dari fenomena pertumbuhan populasi penduduk di Surabaya yang pesat, apalagi di kawasan Ngagel. Sehingga menurut alumni SMA Kristen Petra 2 Manyar Surabaya itu, dibutuhkan sebuah fasilitas tempat tinggal untuk menampung penduduk yang semakin banyak. Dalam proses pengembangan konsep desainnya, Elizabeth berkesempatan untuk berkolaborasi bersama mahasiswa Silpakorn University – Thailand.
“Kampung Susun Adaptif ini merupakan desain perancangan dengan menerapkan beberapa aspek vital dari kehidupan kampung, sehingga penduduk yang pindah dari kampung horizontal ke vertikal dapat cepat beradaptasi dalam aktivitas mereka,” tutur Elizabeth. Desain perancangannya itu ia nyatakan menjadi sebuah maket berukuran 20 x 15 cm, atau dalam skala 1:400.
Melalui pendekatan tersebut, perempuan yang kini sedang menempuh studi lanjut (S2) di Master’s of Architecture PCU ini, meyakini bahwa Kampung Susun Adaptif yang ia buat tak hanya memberi solusi perumahan yang efisien, tapi juga mempertahankan warisan budaya dan tradisi dari Kampung Ngagel sendiri.
“Saya ingin menjadi arsitek yang membuka biro sendiri, dengan fokus ke bidang efisiensi energi dan arsitektur hijau,” cetus wisudawan yang juga memperoleh penghargaan sebagai lulusan Aktif Berprestasi ini dengan penuh yakin, saat ditanyai tentang rencananya ke depan setelah lulus menjadi Sarjana.