Jakarta Menuju Kota Global: Tantangan dan Peluang di Mata Anies Baswedan

JAKARTA-  Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta, berbagi pengalamannya memimpin ibu kota dalam Dialog Interaktif bertema “Jakarta sebagai Kota Global: Mampukah?” di Universitas Indonesia pada Kamis, 17 Oktober 2024.

Dalam kesempatan tersebut, Anies menguraikan tantangan dan peluang Jakarta menuju status sebagai kota global. Anies membuka dengan pernyataan tegas, "Mampukah Jakarta menuju kota global? Harus mampu dan siap," kata Anies dalam acara yang disiarkan melalui live streaming Facebook.

Ia melanjutkan dengan refleksi dari masa jabatannya di Jakarta, di mana ia melihat tugas memimpin kota ini sebagai proses pembelajaran berkelanjutan. “Saat bertugas di Jakarta, saya belajar banyak tentang fenomena urban. Dari akademik hingga praktik lapangan, saya belajar untuk mendengar dan memecahkan masalah, baik dari sudut pandang rakyat miskin kota maupun para pakar,” ujar Anies.

Selama masa jabatannya, Anies juga menyadari bahwa persoalan perkotaan sering kali tidak terlihat dari jauh. “Hanya 2 kilometer dari Monas, masih banyak kampung yang tidak memiliki fasilitas MCK,” tuturnya.

Pengalaman langsung tersebut mendorongnya untuk mendekati kepemimpinan dengan cara yang terbuka dan responsif terhadap kebutuhan warga.

Anies mengungkapkan bahwa Jakarta memiliki tantangan besar dalam transformasi menuju kota global. Ia menggambarkan kota global sebagai kota yang mampu menarik talenta global, memfasilitasi inovasi, serta memberikan kenyamanan dan layanan terbaik bagi penduduknya, termasuk ekspatriat.

Anies secara sederhana menyebut bahwa sebuah kota siap menuju kota global jika banyak ekspatriat di Jakarta menggunakan transportasi umum. "Saya menyaksikan langsung ekspatriat di Jakarta mulai menggunakan transportasi umum seperti MRT, LRT, dan TransJakarta," ungkapnya.

"Jika ekspatriat di Jakarta sudah menggunakan transportasi umum, artinya kita sudah berada di titik yang baik, nyaman seperti di rumah sendiri. Begitu sederhana," jelas Anies.

Namun, lebih dari itu, Anies menekankan bahwa untuk menjadi kota global, Jakarta harus bisa menarik lebih banyak talenta internasional. Menurutnya, ada 99 kedutaan besar dan lebih dari 1.500 perusahaan multinasional di Jakarta. Ini merupakan sinyal kuat bahwa ibu kota memiliki fondasi untuk berkembang menjadi kota global.

Namun, Anies juga menekankan bahwa kota global bukan hanya soal infrastruktur atau angka statistik, melainkan bagaimana menciptakan lingkungan yang nyaman bagi talenta global. "Kota global itu udaranya harus bersih, air clean, layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas, baru kemudian yang lainnya," ungkapnya.

Potensi dan Tantangan Jakarta Menuju Kota Global

Menurut Anies, Jakarta sudah memiliki banyak modal untuk mencapai status kota global. Ia memaparkan beberapa fakta menarik tentang posisi Jakarta di kancah nasional dan regional:
- Jakarta menyumbang 17 persen ekonomi nasional, sementara Jabodetabek menyumbang 25 persen.
- Dengan populasi 11 juta orang, Jakarta merupakan kota terbesar di Asia Tenggara.
- Jakarta juga menjadi pusat inovasi, dengan lebih dari 400 startup dan sektor fintech yang tumbuh sebesar 83 persen.

Namun, menurut Anies, ada banyak tantangan yang perlu diatasi, termasuk masalah kesenjangan sosial, kemacetan, dan pencemaran lingkungan. Solusi-solusi inovatif diperlukan untuk mengatasi masalah ini, dan Anies percaya bahwa Jakarta bisa memimpin transformasi tersebut.

Jakarta di Pusat Asia Tenggara: Ibu Kota ASEAN

Anies juga menyoroti pentingnya Jakarta sebagai pusat diplomasi regional. “Jakarta bukan hanya ibu kota Indonesia, tapi juga ibu kota ASEAN,” ujarnya.

Ia bahkan berinisiatif memberi nama Stasiun MRT dengan nama Stasiun ASEAN sebagai simbol bahwa Jakarta adalah pusat dari komunitas Asia Tenggara. "Saya melakukan itu supaya stasiun itu diingat sebagai simbol Jakarta sebagai ibu kota ASEAN," tegasnya.

Dengan 101 perwakilan diplomatik di kota ini, Jakarta telah menarik perhatian global, namun Anies menegaskan bahwa transformasi menuju kota global memerlukan komitmen yang lebih besar. "Jangan sampai secara resmi ibu kota ASEAN berada di Jakarta, tetapi secara de facto-nya di Singapura," tegasnya.

Membangun Masa Depan Jakarta

Anies menekankan bahwa Jakarta perlu terus bertransformasi dan berinovasi jika ingin meraih status kota global. Ia menyampaikan bahwa kehadiran talenta global adalah kunci kesuksesan. “Prosesnya adalah dari kota tradisional, menjadi modern, dan akhirnya global,” katanya.

Indonesia, dengan Jakarta sebagai jantungnya, tengah bergerak ke arah itu. Dengan segala potensi yang dimiliki dan tantangan yang dihadapi, Anies optimistis bahwa Jakarta mampu menjelma menjadi salah satu kota global utama di dunia.

Potensi Jakarta menjadi kota global juga bisa dilihat dari sudut pandang kawasan. Asia Tenggara memiliki potensi besar, dengan 600 juta penduduk yang hidup harmonis. Anies membandingkan situasi di Asia Tenggara dengan kawasan lain seperti Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika, yang kerap dilanda konflik.

"Lihat Asia Tenggara. Ada Indonesia, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam—lima negara inti akur, begitu juga dengan 10 negara lainnya, termasuk Timor Leste. Semua akur. Maka, dunia melihat Asia Tenggara dengan kekaguman," ungkapnya.

Untuk membangun kota global, menurut Anies, dibutuhkan tanggung jawab regional yang pusatnya berada di Jakarta. "Jadi, kita harus serius membangun kota ini, karena kita tidak hanya berbicara tentang Indonesia, tetapi juga ASEAN," katanya.