JAKARTA --- Bukan tiba-tiba Anies Baswedan teringat kembali dengan memori masa lalunya yang acap bertemu dan berdiskusi bersama sang pawang Taman Ismail Marzuki (TIM) Ajip Rosidi saat dirinya menjadi Gubernur DKI Jakarta 2017-2022.
Pertemuan demi pertemuan antara Anies Baswedan maupun tim dengan Ajip Rosidi terus berlangsung hingga kesekian kalinya. Itu semua sebut Anies, berkaitan dengan buku-buku dan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin yang ada di TIM.
“Saya sempat melihat pada salah satu esai di buku inengulas persamaan Anies Baswedan dan Kang Ajip Rosidi,” kata Anies di momen acara peluncuran buku Anies Baswedan: Buku, Film, Kopi, Bola, dan Cerita Lainnya karya Yusuf Blegur dan Yayat R. Sipasang dihelat di Aula PDS HB Jassin, Lantai 4, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis, 21 November 2024.
Esai dan lokasi tempat peluncuran dus bedah buku yang dihelat di Aula PDS HB Jassin TIM itu berkelindan memantik memori Anies dengan sastrawan Ajip Rosidi pada saat menyampaikan Maklumat Kebudayaan. Tak pelak, Anies lantas sesaat berbagi cerita.
“Ini saya mau cerita, ketepatan ini di Taman Ismail Marzuki. Dan di sini ada Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan pawangnya dulu adalah Pak Ajip,” beber Anies membuka cerita mengalir begitu lancar mengingat memorinya dengan sastrawan Ajip Rosidi.
Anies menegaskan cerita ini, bukan dongeng-fiksi. Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin itu fasilitasnya pada saat itu sudah sangat terbatas.
“Jadi ketika saya bertugas sebagai Gubernur, saya datang ke situ dan ketemu dengan Pak Ajip,” imbuhnya.
Anies lalu menjelaskan sembari melempar tanya kepada audiens. “Terbayang tidak? Membaca puisi Chairil Anwar dari naskah asli yang dia ketik yang sangat ringkih itu satu lembar-lembar,” terangnya seraya menambahkan semua ada di situ, kita akan ketemu dengan karya-karya sastra di media aslinya masa itu.
Anies pun mengaku ketika memegang lembar kertas puisinya Chairil Anwar sampai takut jika rantas atau robek. Termasuk coretan-coretan tangan yang ada di situ.
Sedangkan dari sisi tempat, menurut Anies, pada saat itu PDS HB Jassin sudah terlalu tertinggal secara infrastruktur. Sudah saatnya mengalami upgrade dan pembiayaan pun dikelola oleh yayasan.
“Jadi kita bicara dengan Pak Ajip. Tim itu ngomong Pak Ajip tidak mau sama sekali. Dan Pak Ajip ngomong, “Pak Anies saya ini paling tidak percaya sama PNS (Pegawai Negeri Sipil). Buku-buku ini mau saya titipkan PNS? Saya tidak percaya. Nanti enggak terawat. Ini titipan dari Almarhum HB Jassin,” kata Anies menirukan ucapan Ajip Rosidi.
Anies terus berpikir karena tidak mungkin PDS HB Jassin dikelola seperti ini karena manusia ada umurnya, sementara buku umurnya lebih panjang daripada manusia. Mau tidak mau akan ada regenerasi.
“Jadi akhirnya saya lobi, berbicara dengan Pak Ajip. Saya ajak ngobrol berkali-kali. Saya ajak ke Balai Kota,” imbuhnya.
Pada saat bertemu itu lalu Anies bercerita kepada Ajip Rosidi jika dirinya dulu mengurusi buku tua sejak SMA. Ketika kakeknya Anies wafat, mewarisi buku dari edisi era 1890-an sampai 1980-an.
“Jadi tugas saya merawat buku sejak SMA. Ada petugas dari keluarga untuk mengurusi itu, ada pustakawan yang mengerjakan bagian teknis. Tetapi saya juga mengurusi.” tutur Anies.
Anies mengatakan pihaknya juga menyampaikan kepada Ajip Rosidi terkait rencana pengembangan dan revitalisasi PDS HB Jassin pada saat itu. “Pak nanti kita akan bikin sistem begini. Satu-satu (saya jelaskan) panjang lebar, diskusi berkali-kali,” jelasnya.
Sampai kemudian, lanjut Anies, akhirnya Ajip Rosidi setuju sambil meneteskan air mata. Ajip sebut Anies, titip buku ini dijaga dan gedungnya dibangun perpustakaan.
"Yang sekarang di situ ada bagian untuk Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dan Pak Ajip Rosidi berpesan supaya seluruh buku itu terjaga dengan baik,” beber Anies.
Anies menegaskan kisah dirinya dengan Ajip Rosidi itu adalah kisah sama-sama menyelamatkan tentang Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin.
“Apa-apa akan berganti, ASN juga akan berganti. Tetapi kalau dibuatkan sistem yang baik, ini akan terjaga,” tandas Anies.
Anies menambahkan, Almarhum Ajip Rosidi berharap sekali mudah-mudahan dari buku-buku ini bisa mengambil kisah-kisah di mana usaha kita untuk merawat kebudayaan.
“Usaha kita untuk mengembangkan kebudayaan dan mendapatkan tempat untuk bisa berkembang,” demikian Anies.