Mahasiswa Bersatu, Tunjukkan Kontribusi Majukan Pendidikan di Indonesia
Salah satu mahasiswa asing ikut bersama para siswa PCU mengajar di SD Hang Tuah 11, Sidoarjo pada tanggal 8 November 2024

Gabungkan teori dengan praktik, Petra Christian University (PCU) melalui Departemen Mata Kuliah Umum (DMU) menggelar Proyek Kebangsaan yang unik. Kegiatan ini melibatkan mahasiswa dari berbagai program studi, mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan, hingga peserta internasional. Proyek ini menciptakan ruang dialog yang inspiratif untuk belajar bersama tentang isu-isu kebangsaan.

Mengambil tema “Transforming Society Menyongsong Indonesia Maju”, proyek kebangsaan ini terbagi menjadi dua kegiatan yaitu Service-Learning dan Proyek Kebangsaan Nasional. Kegiatan Service-Learning melibatkan 1.161 mahasiswa, dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan yang lebih mendalam pada generasi muda. Sementara itu, puncak acara dimeriahkan dengan beragam kegiatan, mulai dari lomba debat, workshop, showcase/pameran, call for paper hingga historical site field trip pada 21-23 November 2024.

“Sudah waktunya anak muda kembali terlibat langsung untuk membangun identitas sebagai sesama anak bangsa di antara berbagai suku dan agama di Indonesia. Mahasiswa PCU sebagai generasi Z membuktikan bahwa mereka memiliki kepedulian dan semangat nasionalisme berkarya bersama generasi Alpha di sekolah-sekolah,” kata Dr. Linda Bustan, S.Th., M.Div., Ketua DMU Petra Christian University.

Service-Learning

Siapa bilang mahasiswa hanya sibuk dengan tugas kuliah? Ada banyak kegiatan bermanfaat yang bisa mereka lakukan, salah satunya dengan membagikan ilmu yang mereka punya. Hal tersebut bisa membawa dampak positif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Maka dari itu, DMU Petra Christian University bersinergi dengan Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah (YISB), mengajak mahasiswa untuk terjun langsung mengajar ke beberapa sekolah.

Tercatat sebanyak 1.161 mahasiswa dari berbagai program studi di Petra Christian University terjun langsung mengajar ke 163 kelas di 25 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kota Surabaya, Gresik, dan Madura.

Sekolah yang menerima kunjungan Service-Learning ini antara lain MI Thoriqul Muhtadin Madura, MI Al Ichsan, Al Mukhlasin, SD Benteng S, SD Hang Tuah 6, SD Hang Tuah 7, SD Hang Tuah 10, SD Hang Tuah 11, SD Nurul Huda, SD Darul Ulum, SD Darussalam, SD Trisula, SD Hang Tuah 1, SD Hang Tuah 3, SD Hang Tuah 8, SD Hang Tuah 12, MI Dewi Sartika, SD Karunia Hidup, SD Putra Wijaya, SD Tanwir, SD Hidayatul Mustaqim, Al Khoiriyah, MI Al Ichsan, MI NU Miftahul Ulum, SD Nurul Huda Sumput, dan SD Mardi Putra. Hal menarik adalah sekolah MI Thoriqul Muhtadin di Madura juga berpartisipasi untuk kegiatan ini.  Menurut pimpinan sekolah ini, baru pertama kali ada kegiatan yang membuka ruang perjumpaan mahasiswa dan siswa untuk membangun solidaritas kebangsaan di sekolah ini. 

Kegiatan Service-Learning merupakan metode pembelajaran Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan, selama empat hari (8-9/11 dan 15-16/11) para mahasiswa (1.161) terbagi menjadi 163 kelompok. Setiap kelompok memiliki satu kali kesempatan mengajar di satu sekolah dengan waktu kurang lebih satu jam lamanya. “Para mahasiswa mengajarkan kepada siswa SD kelas 1-6 tentang keberagaman dan anti-intoleransi. Menggunakan Google Earth, kartu permainan “Berani-Jujur dan kuis, pengajaran dilakukan secara fun,” tambah Linda.

Bukan tanpa tantangan, kegiatan ini pun memiliki tantangan yang sangat kompleks. Salah satunya adalah kesulitan mengatur jadwal para mahasiswa yang berbeda-beda. Mereka juga belum terbiasa atau masih asing, karena mahasiswa yang terlibat berasal dari suku dan agama yang beragam. Maka dari itu, terdapat pembekalan sebagai persiapan sekaligus simulasi sebelum para mahasiswa terjun ke lapangan untuk mengajar.

Suasana yang penuh haru terlihat saat mahasiswa mengajar ke SD Hang Tuah 11, Sidoarjo. Kebetulan saat itu (8/11) tiga orang mahasiswa asing (Amerika Serikat, Belanda dan Bulgaria) ikut terlibat bagaimana mahasiswa PCU membangun identitas nasional sebagai bangsa Indonesia. Mulai dari menyiapkan materi ajar tentang keberagaman, membawa alat penunjang kegiatan mengajar, membuat kuis dan games untuk berinteraksi dengan para Siswa SD Hang Tuah 11, serta tidak lupa membawa bingkisan. 

Kata Imanuel Rahmani, S.H., M.H., dosen Pancasila dan Civic International Class Petra Christian University sekaligus salah satu dosen pendamping di SD Hang Tuah 11 mengungkapkan bahwa terlihat rasa haru bahkan menangis dari para anak-anak SD saat berpisah dengan para mahasiswa. “Hal-hal seperti itu merupakan pengalaman yang sangat berkesan bagi para mahasiswa yang mengikuti S-L. Bahwa memang Indonesia adalah negara yang sangat kaya kultur dan keberagamannya, dan hal tersebut tidak membuat Indonesia terpecah-belah namun justru saling menghargai dan menimbulkan keingintahuan yang mendalam untuk mempelajari budaya-budaya yang lain”, rincinya dalam pesan teks yang disampaikannya.

Proyek Kebangsaan Nasional

Puncak acara yang digelar selama tiga hari berturut-turut mulai 21-23 November 2024 berlangsung di Gedung Q, Kampus Petra Christian University. Bagian dari kegiatan semester Gasal 2024/2025 Mata Kuliah Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia ini melibatkan enam Perguruan Tinggi Kristen di lima provinsi.

Antara lain adalah Universitas Krida Wacana (UKRIDA) dan Universitas Kristen Indonesia (UKI) di DKI Jakarta, Universitas Pelita Harapan (UPH) di Tangerang-Banten, Universitas Kristen Maranatha (UKM) di Bandung-Jawa Barat, Universitas Kristen Duta Wacana di Yogyakarta-Jawa Tengah, dan Petra Christian University (PCU) di Surabaya-Jawa Timur.

Linda merinci, Proyek Kebangsaan ini memberikan ruang partisipasi aktif mahasiswa dalam tindakan konkrit melalui metode pembelajaran Service-Learning dalam Mata Kuliah Kebangsaan. Tak hanya itu, critical thinking para mahasiswa juga terasah dengan melihat permasalahan bangsa, hingga mahasiswa bisa menemukan solusi berdasarkan konteks generasi mereka. “Jadi kegiatan ini dapat menjadi bagian dalam mempersiapkan Generasi Emas 2045,” pungkasnya.