
Foto: istimewa
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan secara rutin menghadirkan pertunjukan seni dan budaya di Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD).
Program ini dirancang untuk menghidupkan ruang-ruang publik dengan penampilan seni tradisi yang merakyat dan interaktif.
Pada CFD pekan lalu, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta menghadirkan Kerontjong Toegoe, salah satu musik khas Jakarta, yang tampil di Taman Budaya Dukuh Atas.
Sementara pekan ini, giliran Sanggar Angklung Saung Mang Ashly yang memeriahkan suasana dengan perpaduan musik Betawi, Sunda, hingga Jawa, termasuk elemen musik tradisional seperti gambang kromong dan angklung.
Lagu-lagu yang dibawakan di antaranya, Sirih Kuning, Kicir-Kicir, Ondel-Ondel, Manuk Dadali, Mojang Priangan, Suwe Ora Jamu, termasuk lagu dari Aceh berjudul Bungong Jeumpa.
Penampilan tersebut menjadi daya tarik tersendiri. Masyarakat yang tengah berolahraga tampak antusias, ikut berjoget hingga bernyanyi bersama. Suasana yang semarak membuat acara berakhir lebih lambat dari jadwal semula karena masih banyak warga yang ingin terlibat.
Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Mochammad Miftahulloh Tamary mengatakan, program ini merupakan upaya strategis untuk membangun ekosistem seni di Jakarta dengan menghadirkannya langsung di ruang publik.
“Kita ingin kesenian, khususnya seni tradisi, bisa tampil di ruang-ruang tempat masyarakat berkumpul. Bukan hanya di gedung-gedung pertunjukan atau festival tahunan,” ujar Miftah, Minggu (18/5).
Ia menyampaikan, program ini akan berlangsung secara rutin dan bergiliran menampilkan berbagai sanggar seni dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Tidak menutup kemungkinan, selain seni pertunjukan seperti musik dan tari, ke depannya juga akan ditampilkan seni rupa dan bentuk seni lainnya.
“Ini bentuk dukungan kami agar seniman punya panggung lebih luas, dan masyarakat bisa menikmati seni dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya ke depan bisa juga kita tampilkan di stasiun, MRT, atau bahkan hotel, tapi tentunya akan disesuaikan,” katanya.
Miftah menjelaskan, kegiatan ini selaras dengan visi Jakarta sebagai kota global yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga kuat secara identitas budaya.
“Jakarta harus punya ciri khas budaya yang membedakan dengan kota global lain seperti Tokyo atau New York. Seni tradisi dan budaya Nusantara inilah yang jadi kekuatan kita,” ucapnya.
Ia menambahkan, dengan antusiasme tinggi dari masyarakat, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta akan terus mengevaluasi dan mengembangkan bentuk kegiatan yang paling sesuai dan menarik minat publik.
“Harapannya, pertunjukan seni di CFD ini dapat membangun kedekatan masyarakat dengan kesenian, sekaligus memperkuat rasa memiliki terhadap budaya lokal,” tandasnya.