Setelah Era Anies Baswedan: Jakarta Berubah, Warga Jadi Susah

JAKARTA— Masyarakat Jakarta membandingkan era Gubernur Anies Baswedan dan Pj Heru Budi. Kualitas kepemimpinan, kinerja pelayanan publik, dan dampak yang dirasakan warga berubah total. Masyarakat kini banyak yang bergabung dalam gerakan Warga Kota untuk menyampaikan aspirasi pasca Jakarta ditinggal Anies Baswedan.

Salah satu forum untuk menyampaikan keluhan tersebut adalah Musyawarah Warga Kota Kecamatan Sawah Besar yang digelar di Jl Pasar Baru Timur, Jakarta Pusat pada Minggu, 21 Juli 2024. Masyarakat menyampaikan beberapa permasalahan yang mereka temui sejak Pj Gubernur Jakarta Heru Budi menjabat.

Iwan, perwakilan Kelurahan Kartini, mengatakan bahwa Anies Baswedan memiliki visi dalam membangun kota. Membangun kota tidak sekadar membangun gedung bertingkat yang hanya memajukan sektor komersialnya. Anies Baswedan juga membangun warga Jakarta. “Kita sama sama tahu bahwa Pak Anies Baswedan betapa hebatnya membangun Jakarta ini menjadi lebih baik. Seperti pembangunan JIS (Jakarta International Stadium) terlaksana dengan baik. Dari awalnya janji, kini benar-benar menjadi nyata,” kata Iwan.

Selain itu, tambah Iwan, masalah yang paling diresahkan warga adalah banjir. Banjir di era Gubernur Anies Baswedan teratasi. Begitu juga pandemi covid-19. “Pak Anies Baswedan banyak memberi bantuan, banyak memberi kemudahan. Selain itu, pendidikan anak-anak juga dibenahi. Transportasi sekolah digratiskan dengan memberikan kartu akses Jaklingko gratis. Transportasi Jakarta ditata dengan sangat rapi,” katanya.

Masyarakat menyampaikan testimoninya karena mereka merasakan langsung dampak kebijakan Anies Baswedan. Termasuk yang disampaikan Damhuri dan Yuniar, warga Kelurahan Pasar Baru. Mereka menyampaikan keluhan dari warga lansia yang kini semakin susah mengakses bantuan sembako.

“Selama Pak Anies Baswedan menjabat, kita semua dapat merasakan program-programnya. Dulu, Pak Anies Baswedan membagikan sembako. Kita dikasih beberapa titik. Tapi sekarang, hanya ada satu titik sehingga para lansia yang mau ambil sembako menjadi kesulitan karena harus antre dari pagi. Begitu diambil, habis kuotanya. Akibatnya, banyak lansia yang memilih tidak mengambil sembako,” katanya.

Kepedulian Anies Baswedan pada wong cilik memang sangat terasa. Anies Baswedan tidak hanya sekadar mengejar pertumbuhan ekonomi. Tapi juga memastikan bahwa tidak ada warganya yang tertinggal dalam derasnya pembangunan Jakarta. Caranya dengan memperbanyak instrumen bantuan yang langsung dirasakan warga. Termasuk di dalamnya para pedagang kecil.

“Saya sebagai pedagang kecil. Kami benar-benar dipedulikan oleh Pak Gubernur Anies Baswedan. Kami difasilitasi untuk berdagang. Tentu dengan pengaturan-pengaturan. Karena itu, saya mengatakan kepada sesama pedagang untuk kembali memilih Pak Anies Baswedan,” kata Galih, warga Kelurahan Mangga Dua Selatan.

Ketika menjabat sebagai gubernur Jakarta, Anies Baswedan menggunakan jargon Maju Kotanya, Bahagia Warganya. Masyarakat mengakui bahwa jargon tersebut terbukti. Hal ini dirasakan oleh Helmi dan Zaeni, warga dari Kelurahan Gunung Sari.

“Semua program terlaksana. Seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP). Baik berupa uang tunai dan barang. Sekarang malah KJP susah tidak lancar dan berkurang. PBB dulu semua gratis sekarang ada yang gratis ada yang tidak. Padahal rumah ukurannya sama. Mudah-mudahan Pak Anies Baswedan bisa jadi gubernur lagi agar sekolah semua gratis, baik negeri maupun swasta dan tsanawiyah,” kata Helmi.