
Thio Ahlan Shakura, generasi Z, mahasiswa Indonesia Jurusan Culture Design Management di Yonsei University, Seoul, Korea Selatan
JAKARTA-Berdasarkan hasil survei nasional Katadata Insight Center (KIC), sebanyak 25,6% responden generasi milenial dan gen Z Indonesia lebih menyukai calon presiden (capres) berlatar belakang akademisi. Proporsi pilihan ini paling tinggi dibanding latar belakang lainnya.
“Latar belakang sebelum menjadi politisi menjadi perhatian responden. Sebanyak 25% responden menyukai kandidat yang berasal dari dunia akademik, lalu militer (20,8%), dan aktivis (14,5%),” kata Manager Survei KIC, Satria Triputra Wisnumurti dalam siaran pers, Selasa 14 November 2023.
Latar belakang capres yang paling disukai anak muda berikutnya pengusaha (11,1%), agamawan (10,6%), politisi (9,4%), sedangkan budayawan dipilih paling sedikit hanya 6%. Sisanya, 2% responden yang mengatakan latar belakang capres lainnya.
Survei KIC ini dilakukan pada 11-17 Oktober 2023 terhadap 1.005 responden yang tersebar di 34 provinsi Indonesia secara proporsional. Seluruh responden adalah anak muda, yakni gen z usia 17-26 tahun (50,4%) dan milenial usia 27-42 tahun (49,6%), yang memiliki nomor telepon seluler.
Thio Ahlan Shakura, generasi Z, mahasiswa Indonesia Jurusan Culture Design Management di Yonsei University, Seoul, Korea Selatan, menilai anak muda Indonesia lebih suka calon presiden yang memiliki latar belakang akademisi, karena lebih memiliki kedekatan dengan kondisi sebagian besar anak muda yang masih sekolah dan kuliah.
“Anak muda Indonesia lebih suka calon presiden yang memiliki latar belakang akademisi, karena anak-anak muda seperti saya banyak yang sedang kuliah, baru lulus kuliah, bahkan masih menempuh pendidikan di bangku SMA. Menurut kita itu lebih relate-able. Kita, generasi muda, lebih menghargai aspek keahlian dan pendidikan dalam kepemimpinan,” terang mahasiswa semester 5 ini, Sabtu 18 November 2023.
“Kita percaya bahwa capres dengan latar belakang akademisi bakal memiliki pendekatan yang lebih analitis dan berbasis bukti dalam membuat kebijakan. Kepemimpinan yang latar belakang akademiknya bagus, akan mendasarkan keputusan dan kebijakan publiknya dari riset dan data. Beda dengan yang latar belakangnya bukan akademisi, mereka banyak mendasarkan keputusannya pada opini dan tradisi,” ujar mahasiswa asal Jakarta ini.
Menurut Thio, capres yang mengambil keputusan berdasarkan riset dan data lebih menarik bagi generasi muda. “Capres yang latar belakang keputusannya riset dan data itu lebih menarik bagi kita. Karena kita mencari pemimpin yang rasional dan objektif. Jadi based on research and data, bukan cuma opini dan kebiasaan yang bisa bias. Setiap orang punya opini berbeda-beda. Tetapi kalau riset dan data kan berpijak pada fakta komprehensif, memang datanya seperti itu.”
“Kita lebih merasa safe punya pemimpin yang kita tahu mereka mampu, karena latar belakang mereka akademik. Dan itu ada pada Capres Anies Baswedan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Anies pernah menjabat Rektor Universitas Paramadina Jakarta mulai 2007-2014 dan Mendikbud pada Oktober 2014 hingga Juli 2016. Anies meraih masternya dari School of Public Policy di University of Maryland, AS dengan tesis tentang kebijakan nilai tukar rupiah dan volatilitas pasar uang. Kemudian Ph.D-nya di bidang Kebijakan Publik dari Northern Illinois University, AS. (*)