Anies Baswedan: Buku Ki Hadjar Dewantara, Kunci Pemahaman Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia

YOGYAKARTA – Anies Baswedan mengenang sosok Ki Hadjar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan semboyan "Tut Wuri Handayani". Ia menegaskan bahwa gagasan besar Ki Hadjar Dewantara tak hanya terpahat dalam sejarah, namun juga tertuang dalam dua buku penting yang membahas pendidikan dan kebudayaan.

Saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan pernah menghadapi kenyataan yang mengejutkan di lingkungannya. Dalam sebuah acara di Kemendikbud, ia bertanya kepada para pejabat eselon yang hadir, “Siapa yang sudah membaca buku Ki Hadjar Dewantara?”

Namun, tak ada satu pun yang mengacungkan tangan. Situasi ini membuat Anies menyadari bahwa masih banyak yang belum memahami gagasan Ki Hadjar secara mendalam, meski nama dan semboyannya tertulis di berbagai tempat di kementerian tersebut.

Anies menyoroti bahwa ada dua buku karya Ki Hadjar Dewantara yang wajib dibaca oleh para pejabat Kemendikbud. Kedua buku ini, meskipun usianya sudah mencapai 100 tahun, masih sangat relevan untuk pendidikan Indonesia saat ini. “Bagaimana kita bisa berbicara tentang pendidikan di Indonesia tanpa membaca buku Ki Hadjar Dewantara?” ujar Anies dalam video yang diunggah di YouTube dikutip Minggu, 20 Oktober 2024.

Anies menekankan pentingnya membaca dan memahami karya Bapak Pendidikan Indonesia tersebut. Dua buku tersebut menguraikan konsep pendidikan yang mengintegrasikan kebebasan berpikir dengan kesadaran budaya, menjadikan pendidikan sebagai sarana untuk membentuk siswa menjadi pribadi yang utuh.

Pendidikan, dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, bukan sekadar transfer ilmu, tetapi juga cara untuk menanamkan nilai-nilai budaya yang mendalam, yang mampu membebaskan manusia dari ketergantungan pada orang lain.

Pendekatan Holistik Ki Hadjar Dewantara: Pendidikan dan Kebudayaan Satu Kesatuan

Anies mengungkapkan, dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, pendidikan tidak bisa dipisahkan dari kebudayaan. Buku Ki Hadjar Dewantara memuat beberapa konsep penting yang mencerminkan pendekatan holistik terhadap pendidikan nasional. Konsep ini mencakup:
- Pendidikan sebagai alat melestarikan kebudayaan nasional.
- Membahas hubungan antara budaya Timur dan Barat.
- Strategi untuk mengembangkan budaya nasional dengan prinsip kontinuitas dan konvergensi.
- Pentingnya adaptasi selektif budaya luar tanpa mengorbankan identitas bangsa.

Menurut Anies, melestarikan kebudayaan bukan berarti menjadikan kebudayaan statis atau eksklusif. Sebaliknya, budaya harus terus berkembang agar tetap relevan dengan zaman, tanpa kehilangan esensinya.

Relevansi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Masa Kini

Lebih lanjut Anies mengungkapkan, hingga saat ini, pemikiran Ki Hadjar Dewantara masih sangat relevan dalam pendidikan nasional. Konsep pendidikan holistik yang menekankan pengembangan aspek kemanusiaan siswa – baik karakter, intelektual, maupun kesehatan – menjadi dasar penting untuk membangun bangsa yang lebih baik.

Pendidikan, menurutnya, harus menjadi alat untuk mencapai kesempurnaan hidup manusia. Dalam buku tersebut, Ki Hadjar Dewantara menegaskan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk menumbuhkan manusia yang merdeka secara fisik, mental, dan spiritual.

"Siswa diharapkan mampu mengembangkan sikap kerukunan, toleransi, musyawarah, serta demokrasi. Pendidikan juga harus menghasilkan individu yang rendah hati, jujur, beriman, dan bertanggung jawab," jelas Anies.

Menurut Anies, Ki Hadjar Dewantara juga memperkenalkan konsep “Tri Pusat Pendidikan” yang menempatkan pendidikan di tiga ranah penting: rumah atau keluarga, sekolah, dan masyarakat. Tiga elemen ini saling melengkapi untuk menciptakan pendidikan yang komprehensif dan bermakna.