JAKARTA– Abigail Limuria, salah satu penulis buku Makanya Mikir!, menceritakan pengalamannya bertemu dengan sosok yang ia anggap sebagai perwujudan kecerdasan sosial. Sosok tersebut adalah Anies Baswedan, yang pada 2024 mencalonkan diri sebagai presiden.
Abigail mengungkapkan bahwa pertemuan pertamanya dengan Anies terjadi dalam acara IdeaFest. Saat itu, ia mendapat kesempatan untuk mengajukan satu pertanyaan kepada Anies sebagai calon presiden.
“Saya berpikir, apakah saya harus bertanya sesuatu yang sangat spesifik atau justru pertanyaan yang fundamental dan bersifat umum?” ujar Abigail dalam peluncuran bukunya Makanya Mikir! yang diunggah di YouTube Anies Baswedan, dikutip Kamis, 30 Januari 2025.
Ia akhirnya memilih pertanyaan fundamental:
"Sering kali dalam hidup kita punya tujuan baik, tetapi untuk mencapainya harus ada kompromi. Bagaimana Anda menyikapi hal itu?"
Jawaban Anies mengejutkan Abigail. “Jujur, saya surprised dengan cara beliau menjawabnya menggunakan mental model,” ungkapnya.
Menurut Abigail, Anies bahkan membuat diagram berisi empat bagian yang menunjukkan konsekuensi dari berbagai keputusan. “Di dalamnya ada aspek moral yang baik tetapi konsekuensinya mungkin kurang baik, atau sebaliknya. Inilah navigasi yang harus dilakukan dalam kepemimpinan,” jelasnya.
Jawaban yang Berbeda dari Politisi Lain
Bagi Abigail, ini adalah pertama kalinya ia berinteraksi dengan seorang politisi yang menjawab dengan mental model yang sistematis.
“Sebelumnya, saya belum pernah mendapat jawaban dari politisi yang seperti itu. Bagi saya, momen ini sangat spesial,” katanya.
Anies yang hadir dalam acara tersebut pun merespons, “Tadi Abigail bercerita tentang pertanyaan itu. Kebetulan, saya diberi tugas di sini untuk berbicara tentang critical thinking dan demokrasi.”
Anies menambahkan bahwa salah satu hal paling menarik dalam perjalanan karier atau pengalaman apa pun adalah adanya pertanyaan kritis.
“Saya menyukai pertanyaan yang rumit dan sulit karena itu memaksa kita berpikir. Pertanyaan yang mudah bisa dicari jawabannya di Google,” kata Anies.
Ia bahkan menyebut bahwa pertanyaan dari Abigail adalah salah satu yang terbaik selama masa pencalonannya sebagai presiden.
“Kebanyakan pertanyaan yang saya terima hanya seputar visi dan misi, dan itu sudah ada catatannya. Tetapi pertanyaan dari Abigail ini mengharuskan kita berpikir,” ujarnya.
Berpikir Kritis dalam Demokrasi
Anies menjelaskan bahwa berpikir kritis adalah elemen penting dalam demokrasi.
“Jika kita melihat perjalanan bangsa-bangsa selama 350 tahun terakhir, negara yang maju memiliki dua ciri utama,” paparnya.
Pertama, mereka memiliki kebebasan dalam berkompetisi, baik di bidang ekonomi maupun di pasar bebas. Kedua, mereka memiliki kebebasan dalam berkompetisi dalam gagasan, yang biasa disebut demokrasi.
“Intinya adalah adanya kompetisi dan kebebasan. Di situlah ide-ide berkembang, muncul, dan diuji. Semua itu mensyaratkan ruang yang bebas,” kata Anies.
Namun, ia menegaskan bahwa kebebasan itu tidak akan berarti jika masyarakat tidak memiliki kemampuan berpikir kritis.
Buku Makanya Mikir! dan Kesannya bagi Anies
Dalam kesempatan tersebut, Anies juga mengungkapkan bahwa ia telah membaca buku karya Abigail Limuria dan Cania Citta, meskipun belum selesai.
Namun, menurutnya, buku tersebut berhasil menyederhanakan konsep yang kompleks dan rumit menjadi lebih mudah dipahami.
“Bukan hanya melalui bahasa yang sederhana, tetapi juga lewat ilustrasi-ilustrasi yang terasa seperti obrolan santai di kafe atau telepon,” ungkapnya.
Buku Makanya Mikir! pun dinilai mampu menerjemahkan diskusi intelektual ke dalam bentuk yang lebih akrab dan bisa dijadikan referensi bagi banyak orang.