YOGYAKARTA – Nama Prof. Dr. H. Koesnadi Hardjosoemantri, S.H. mungkin jarang disebut dalam perbincangan umum saat ini, tetapi bagi Anies Baswedan, beliau adalah sosok yang sangat menginspirasi hingga melahirkan Gerakan Indonesia Mengajar. Dari inisiatif sederhana di era 1950-an, gerakan ini kini menjadi salah satu kontribusi besar dalam pendidikan Indonesia, terutama di pelosok negeri.
“Beliau adalah rektor UGM ketika saya masih SMA,” ujar Anies, mengenang Prof. Koesnadi, dalam unggahan di YouTube pribadinya yang dikutip pada Jumat, 13 Desember 2024.
"Prof Koesnadi merupakan mantan anggota Brigade 17 Tentara Pelajar. Beliau memberikan piagam ketika masuk kampus yang harus mengikuti penataran P4,” tambahnya.
Menurut Anies, pada era awal kemerdekaan, tahun 1950-an, banyak kabupaten di Indonesia belum memiliki SMA. Pemerintah kala itu membangun gedung-gedung sekolah, tetapi menghadapi kendala besar: kekurangan guru. Di sinilah peran Prof. Koesnadi sangat terlihat. Sebagai mahasiswa UGM saat itu, ia menggagas program Penugasan Tenaga Mahasiswa (PTM).
PTM memungkinkan mahasiswa menjadi guru SMA di daerah-daerah pelosok. “Pak Koesnadi menginisiasi program ini untuk menjawab kebutuhan mendesak akan guru,” ungkap Anies. Mahasiswa yang ditugaskan mengajar di pelosok tidak hanya berkontribusi pada pendidikan, tetapi juga memperluas akses pendidikan menengah, yang berdampak signifikan pada peningkatan jumlah lulusan SMA di era 1960-an.
Pak Koesnadi sering membagikan kisah ini kepada Anies di rumahnya di Bulaksumur. “Mulai dari saya SMA kelas 3 hingga kuliah, saya sering mewawancarai beliau. Beliau kerap bercerita tentang PTM dan dampaknya yang luar biasa,” kenang Anies.
Gerakan ini tidak hanya berhasil mencetak lulusan SMA dalam jumlah besar, tetapi juga menjadi inspirasi bagi lahirnya Gerakan Indonesia Mengajar, yang fokus pada pengiriman guru SD ke pelosok negeri. “Kami belajar dari PTM untuk mendukung pendidikan di daerah yang membutuhkan. Saat itu, yang paling dibutuhkan adalah guru SD,” jelasnya.
PTM Jadi Cikal Bakal Kuliah Kerja Nyata
Keberhasilan PTM tidak berhenti di situ. Program ini diadopsi oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) menjadi Kuliah Kerja Nyata (KKN), yang hingga kini menjadi bagian wajib dari kurikulum. Di awal 1951, delapan mahasiswa pertama yang dikirim menjadi guru SMA mendapat pengakuan kredit kuliah.
“PTM mungkin terlupakan dalam sejarah utama Indonesia, tetapi dampaknya sangat besar bagi pembangunan pendidikan dan pertumbuhan kelas menengah di Tanah Air,” tegas Anies.
Gerakan ini bahkan melampaui konsep modern seperti Teach for America dan Teach for All, yang baru mulai digagas tahun 2000-an. “PTM sudah berjalan sejak 1951, jauh sebelum gerakan pendidikan global itu dimulai,” ujarnya bangga.
Anies mengatakan, Prof Koesnadi dikenal sebagai figur yang visioner dan merakyat. Dengan latar belakang perjuangan sebagai mahasiswa, Koesnadi mampu menggerakkan perubahan besar dalam pendidikan nasional. “Pak Koesnadi adalah inspirasi, bukan hanya untuk saya, tetapi juga untuk mahasiswa UGM pada masa itu,” kata Anies.
Semangat dan ide besar Prof. Koesnadi terus hidup dalam berbagai program pendidikan, termasuk Indonesia Mengajar, yang kini menjadi salah satu gerakan pengabdian yang berakar pada keikhlasan dan dedikasi untuk membangun generasi muda.
"Itulah sebabnya, Pak Koesnadi akan selalu menjadi inspirasi bagi kita semua, termasuk bagi gerakan Indonesia Mengajar yang terinspirasi oleh gerakan Penugasan Tenaga Mahasiswa di era beliau," jelasnya.