YOGYAKARTA – Anies Baswedan menyempatkan diri bersilaturahmi dengan para penerima Beasiswa Orbit di rumahnya Gang Grompol, Jalan Kaliurang, Sleman, Yogyakarta, belum lama ini. Anies, yang aktif mendukung pendidikan di Indonesia, berdiskusi hangat dengan penerima beasiswa, berbagi pengalaman dan tips seputar pentingnya persiapan dalam mengejar beasiswa serta membentuk target akademik.
Kehadiran Anies membawa inspirasi bagi mahasiswa penerima beasiswa yang antusias mengikuti diskusi. Mereka menyimak saran-saran Anies yang sederhana namun aplikatif.
Anies juga bercerita bagaimana caranya menentukan target IPK untuk memenuhi syarat beasiswa. Anies menyarankan agar mahasiswa terlebih dahulu mencari tahu persyaratan dari program beasiswa yang diincar, termasuk syarat IPK minimum, dan menjadikan hal itu target capaian.
“Mulailah dengan mencari tahu syarat IPK minimal untuk beasiswa yang diincar, lalu jadikan itu target,” kata Anies dalam unggahannya di Facebook, yang dikutip Minggu, 10 November 2024.
Anies menambahkan bahwa sejak masih kuliah S1, dirinya sudah mencari informasi beasiswa S2 hingga S3. “Saat saya mengambil S2, langsung cari info beasiswa S3 dan lihat syarat IPK minimalnya, lalu itu yang jadi target IPK saya di S2,” lanjutnya.
Dalam pertemuan tersebut, Anies juga menyempatkan waktu berbincang dengan Syafruddin Sabonnama (atau Udin), alumni penerima Beasiswa Orbit yang kini telah menjadi tokoh masyarakat di Sorong, Papua Barat. Syafruddin, mantan anggota DPRD, kini terlibat aktif dalam membangun daerahnya dan bahkan menginisiasi program beasiswa serupa untuk anak-anak di Sorong.
Kehadiran Udin di acara ini menjadi bukti nyata dari dampak beasiswa Orbit dalam mencetak individu berprestasi yang berkontribusi pada komunitas mereka.
Sementara itu, kolega Anies Baswedan, Sunarto menceritakan secara singkat Beasiswa Orbit. Menurut Sunarto, ketua harian yang telah aktif di Orbit sejak 1999, program beasiswa ini lahir dari kepedulian istri-istri pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI).
"Orbit Yogyakarta, dikelola oleh Ibu Aliyah, kini berkembang berkat bantuan berbagai pihak dan dukungan donatur lokal yang ingin turut mencerdaskan anak-anak Yogyakarta," jelasnya.
Sunarto menjelaskan, pada tahun 1999, jumlah pendaftar bisa mencapai 200 orang dari wilayah Yogyakarta. "Saat itu dananya berasal dari Orbit pusat,” ungkapnya.
Dosen Universitas Islam Indonesia ini mengungkapkan, Namun, sejak bantuan dari Orbit pusat terhenti, tim Orbit Yogyakarta harus berusaha mandiri dengan mencari sumber dana sendiri. "Dana program akhirnya diperoleh dari donatur lokal, dari teman saya, teman Bu Aliyah, hingga alumni Orbit juga membantu," ungkapnya.