Arsitek Temukan Tren Baru di Indonesia Design Week 2025
Dok. PIK2

JAKARTA - Bagi seorang arsitek, ruang pamer seperti Indonesia Design Week (IDW) 2025 bukan sekadar tontonan, melainkan medan eksplorasi. Raymond Santoso, arsitek muda yang mengelola studio kecil di kawasan Kebayoran Baru, menyebut IDW sebagai “peta jalan” tren desain yang memengaruhi arah karyanya.

“Saya selalu bilang ke tim, jangan hanya baca tren di majalah luar negeri. IDW ini justru memperlihatkan bagaimana kita bisa mengambil identitas lokal dan menawarkannya dalam bahasa global,” ujar Raymond saat ditemui di area Townhall IDD, di mana instalasi kolaboratif SMEG x Museum Macan menjadi pusat perhatian.

Menurutnya, instalasi itu membuktikan bahwa batas antara seni dan fungsi semakin tipis.

“Kita lihat SMEG yang biasanya identik dengan produk dapur, di sini bisa tampil artistik sekaligus fungsional. Itu inspirasi buat kami, bagaimana arsitektur juga bisa berbicara lebih luas dari sekadar bangunan,” tambahnya.

Raymond juga mengapresiasi kehadiran AHEC x Studio Hendro, yang mengolah material kayu menjadi instalasi dengan sentuhan kontemporer. Baginya, isu keberlanjutan yang diangkat sejalan dengan kebutuhan pasar global. 

“Klien sekarang makin kritis. Mereka tanya bukan hanya soal desain bagus, tapi apakah materialnya ramah lingkungan. Pameran ini membantu saya menjawab pertanyaan itu,” jelasnya.

Di luar instalasi internasional, Raymond mengaku terkesan dengan Artisan Alley, ruang yang menampilkan karya 51 artisan lokal. Ia menyebut area itu sebagai 

“laboratorium kecil” untuk melihat potensi kolaborasi arsitek dengan pengrajin. “Saya bisa membayangkan kursi rotan atau meja kayu ini dipadukan dengan proyek residensial di Jakarta Selatan. Rasanya lebih personal dan autentik,” katanya.

IDW 2025, menurut Raymond, memberi ruang yang jarang ditemui dalam rutinitas arsitek: kesempatan untuk menyerap ide lintas disiplin. 

“Di sini saya bisa ngobrol dengan desainer produk, brand manager, sampai mahasiswa. Itu membuat saya melihat desain bukan hanya soal arsitektur, tapi bagian dari ekosistem kreatif yang luas,” ujar Raymond.

Bagi Raymond, pulang dari IDW berarti membawa pulang inspirasi baru untuk klien dan proyek-proyek berikutnya.

“Saya datang dengan kepala kosong, pulang dengan kepala penuh ide. Dan itulah gunanya pameran seperti ini,” tuturnya.