Berpakaian Adat Gorontalo, Kepala LLDIKTI VII Prof. Dr. Dyah Bacakan Pidato Mendiktisaintek dan Kenalkan Kampus Berdampak di Upacara Hardiknas 2025

SURABAYA-LLDIKTI Wilayah VII memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2025 dengan menggelar upacara pada Hari Jumat tanggal 2 Mei 2025. Upacara peringatan Hardiknas yang mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu Untuk Semua” yang bertempat di Ruang Harsono Kantor LLDIKTI Wilayah VII berlangsung dengan kidmat dan Lancar.

Didapuk sebagai petugas upacara yaitu Tim Dosen Dipekerjakan (Dosen DPk) LLDIKTI Wilayah VII penempatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sedangkan Kepala LLDIKTI Wilayah VII Prof. Dr. Dyah Sawitri, S.E., M.M. dengan mengenakan Pakaian Adat Gorontalo bernuansa warna merah muda bertindak langsung sebagai pembina upacara sekaligus dalam amanatnya mengingatkan tentang pentingnya pelaksanaan upacara dalam menghormati nilai-nilai luhur peringatan Hari Pendidikan.

“Saya berpesan agar peserta upacara dapat mengikuti jalannya upacara dengan tertib dan khidmat,” ujar Prof Dyah.

Melalui kesempatan tersebut Kepala LLDIKTI Wilayah VII juga membacakan pidato Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendiktisaintek) Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D. yang kenalkan “Kampus Berdampak” serta berisikan pesan bahwa dalam menghadapi masalah-masalah global yang kompleks, saling terkait, dan tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara biasa.

“Krisis iklim, ketimpangan ekonomi, revolusi digital, krisis kepercayaan sosial, serta disrupsi nilai dan pekerjaan akibat kecerdasan buatan.dimana pendidikan merupakan jawaban yang paling mendasar dan strategis Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua, adalah panggilan untuk bergerak bersama. Karena pendidikan tidak bisa dikerjakan sendiri. Pemerintah membutuhkan dukungan dari masyarakat. Sekolah memerlukan sinergi dengan keluarga. Kampus harus terhubung erat dengan dunia usaha dan komunitas,” ujar Prof Dyah memaparkan arahan dari Mendiktisaintek Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D.

Kolaborasi adalah kunci seperti kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam menyusun kebijakan yang responsif dan adaptif. Kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri dalam membekali lulusan dengan kompetensi masa depan seperti Kolaborasi antara guru dan orang tua dalam membangun karakter anak sejak dini serta Kolaborasi antara peneliti dan pembuat kebijakan untuk memastikan bahwa riset tidak berakhir di rak, tapi hidup dalam masyarakat.

Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi percaya bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang berdampak. Untuk mewujudkannya dapat melalui pengimplementasian lima perilaku utama yaitu Pertama, fokus pada hasil (outcome) dan dampak (impact). Bukan sebatas laporan kegiatan dan angka-angka luaran (output) melainkan yang utama adalah dampaknya bagi masyarakat dan perubahan nyatanya yang memberikan maslahat. Kedua, riset dan inovasi harus menjawab masalah nyata.Riset harus berakar pada tantangan Indonesia—mulai dari ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, transisi energi, hingga adaptasi perubahan iklim. Ketiga, ilmu pengetahuan atau sains harus menjadi solusi sosial-ekologis. Ilmu bukan hanya milik laboratorium melainkan hadir dalam kebijakan publik, dalam keputusan desa, dalam keseharian warga. Keempat, hilirisasi riset untuk kesejahteraan melalui pembangunan sinergi antara hasil riset dan dunia industri, UMKM, bahkan koperasi. Teknologi bukan untuk dipamerkan, tapi untuk digunakan dan dimanfaatkan seluas-luasnya. Kelima, evaluasi yang akuntabel dan terbuka.

“Presiden Republik Indonesia, Bapak Prabowo Subianto menyatakan hanya bangsa yang menguasai sains dan teknologi yang akan menjadi bangsa yang makmur,” pungkasnya.