
"ABABI", Wine berbahan dasar Pepaya Bangkok karya 2 mahasiswa PCU
Pepaya, buah tropis yang mudah ditemukan di Indonesia itu ternyata menyimpan potensi rasa yang luar biasa. Adalah Cleary Budiman dan Davin Varian Ikwanto Koean, dua mahasiswa Hotel Management Petra Christian University (PCU) yang berhasil mengolah pepaya menjadi wine bercita rasa istimewa.
“Melihat banyaknya sisa buah pepaya akibat panen berlebih di sektor pertanian, kami termotivasi untuk mencari solusi pengolahan yang lebih efektif. Misalnya dengan mengembangkan fermentasi pepaya menjadi wine. Selain bisa mengurangi limbah pertanian, pengolahan ini juga bisa memperpanjang masa simpan dan meningkatkan nilai ekonomis dari buah tersebut,” urai Cleary.
Salah satu daerah penghasil pepaya di Jawa Timur adalah Desa Sugihwaras, Kediri, yang berada di kawasan sekitar kaki gunung Kelud. Daerah tersebut diketahui memiliki tanah vulkanik yang subur, sehingga dimanfaatkan sebagai ladang pertanian yang produktif. Namun produksi pepaya yang melimpah sering menyebabkan harga turun, mengakibatkan kerugian pada petani.
Setelah melakukan percobaan pengolahan pada buah pepaya California, Hawaii, dan Bangkok, Cleary serta Davin menemukan formula yang tepat dengan menggunakan pepaya berjenis Bangkok. “Wine dari pepaya Bangkok memiliki rasa manis yang lebih seimbang, tingkat keasaman yang rendah, dan body/tekstur yang lebih baik. Aroma alkohol yang dihasilkan juga lebih halus, dengan kadar sesuai standar wine komersial, yakni sekitar 12 persen,” imbuh Davin yang ditemui pada Kamis (13/03) itu.
Wine memang dapat dibuat dari buah lain yang mengandung glukosa, selain anggur. Jenis olahan wine ini biasanya disebut fruit wine. Untuk menghasilkan komposisi yang pas, Cleary dan Davin menggunakan buah Pepaya Bangkok yang sudah dibersihkan, gula pasir, air, dan ragi. “Pepaya harus dikupas dan dipisahkan dari bijinya, lalu dipotong. Setelah itu diblender dan dicampur air dengan perbandingan 1 : 1. Proses penyaringan juga diperlukan, lalu ditambahkan gula pasir dan ragi (Saccharomyces Cerevisiae),” rinci Davin yang memiliki passion di bidang Food and Beverage itu.
Proses fermentasinya sendiri berlangsung selama 14 hari. Setelah itu, residu yang terbentuk perlu dipisahkan dari wine, dan kemudian wine dimasukkan ke dalam botol untuk proses pengendapan selama 7 hari. Jika endapan sudah dipisahkan dari wine, maka wine siap dikonsumsi. Per botolnya (750 ml), Cleary dan Davin menetapkan harga 150 ribu rupiah untuk olahan wine dari Pepaya Bangkok tersebut.
Hanjaya Siaputra, S.E., M.A., selaku Dosen Pembimbing, berharap inovasi olahan buah pepaya ini memberi dampak positif bagi masyarakat, khususnya di Desa Sugihwaras, Kediri. “Harapannya dari kreasi buah pepaya ini bisa memberdayakan masyarakat lebih baik lagi. Ilmu-ilmu dan penerapan yang dilakukan mahasiswa dapat membantu warga di sana dalam mengelola hasil panen yang melimpah, dengan cara yang tepat dan tentunya meningkatkan perekonomian," pungkasnya.
Setelah menemukan formula unik dari fruit wine ini, baik Cleary maupun Davin akan mengikuti Wisuda ke-87 Petra Christian University pada Sabtu (15/03) mendatang. Ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan mereka untuk mengembangkan inovasi dan semakin berkontribusi bagi masyarakat.