Demokrasi di Zaman Digital

Pak Prabowo Subianto, sekarang hampir tiap orang punya kamera yang dibawa ke manapun. Sekali jepret gambar, bisa dikirim media sosial yang terhubung ke manapun. Juga tulisan, sekali kirim bisa meluas ke mana saja. Itu mendobrak cara berdemokrasi.

Jika demokrasi perwakilan diadopsi karena tak memungkinkan semua orang berbicara langsung seiring makin banyaknya warganegara, maka dengan teknologi digital orang makin bisa menyampaikan pendapatnya ke para pemimpinnya juga wakil rakyatnya tanpa perantara. Muncul pula pengawasan secara langsung.

Jadi Pak, Bapak perlu memahami ini, semua perubahan ini. Berdiskusilah dengan para pejabat dan para ahli yang memahami fenomena ini.

Pak, isu paling sensitif sejak manusia ada adalah keadilan. Itu sebabnya tujuan utama bangsa ini adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kue ekonomi harus dibagi secara adil dan merata, bukan njomplang. Kue untuk pekerja, kue untuk kreditur, kue untuk pemilik usaha, juga kue untuk abdi negara. Terutama abdi negara, mulai pusat hingga daerah, jangan bermewah Pak, karena semua fasilitas datang dari uang rakyat. Gunakan uang rakyat kembali ke rakyat. Jika kue ekonomi terbagi tidak adil, demokrasi berbasis teknologi bekerja mengoreksi, kontrol masyarakat akan otomatis bekerja dan bisa seperti palu godam.

Memang bisa ada lawan politik atau kekuatan luar yang melawan Bapak, tapi percayalah, kekuatan terbesar adalah rakyat itu sendiri dan itu dimungkinkan karena teknologi. Rakyat yang makin pintar juga karena bantuan kemajuan teknologi, sangat tak mudah dihasut, rakyat berbicara dengan hati nuraninya. Jika Bapak berdiri di sisi rakyat, Bapak akan dibela, dan semua penentang Bapak akan tersungkur. Jangan ragu selama berpihak pada rakyat dan tak berjarak dari rakyat, karena itulah esensi demokrasi.

Pak Prabowo, sebatas saran sederhana agar Bapak tahu kemauan rakyat, selain Bapak harus sering turun ke lapangan, mendengar aspirasi rakyat salah satunya dari media sosial. Percayalah Pak, dua hal itu suatu keniscayaan. Di usia Bapak ini, tak ada kata terlambat memahami semua perubahan dalam tatanan hidup berbangsa karena kemajuan teknologi.

Firman Rosjadi, anak bangsa Indonesia.