Dialog Anies Baswedan dengan Ketua OSIS se-Jakarta: Kepercayaan adalah Kunci Pemimpin Hebat

JAKARTA– Dalam sebuah dialog bersama para Ketua OSIS SMA/SMK se-Jakarta, Anies Baswedan menyampaikan pandangannya tentang esensi kepemimpinan. Menurutnya, seorang pemimpin hanya bisa disebut pemimpin jika memiliki pengikut. Hal itu ia ungkapkan dalam video yang diunggah Kompas TV, dikutip Sabtu, 11 Januari  2025.

“Pengikut adalah mereka yang mendengarkan Anda, mengikuti Anda secara sukarela,” ujar Anies. “Jadi, seseorang baru disebut pemimpin jika ada yang mengikuti pikiran, kata-kata, dan perbuatannya,” tambahnya.

Anies mengibaratkan konsep kepemimpinan dengan salat. "Seseorang disebut imam jika ada makmum. Tanpa makmum, dia bukanlah seorang imam, meskipun salatnya dilakukan di mihrab," katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa perbedaan antara pemimpin muda dan senior terletak pada pengakuan dari sebayanya. Pemimpin muda harus mampu bersikap egaliter, setara, dan menjalin komunikasi yang saling menguatkan.

Pada dialog tersebut, Anies menunjukkan bagaimana kesetaraan dapat dibangun. Awalnya, desain panggung dibuat berjarak, di mana Anies berada di atas panggung sementara para peserta duduk di bawah. Namun, ia kemudian meminta tata letak diubah. Anies turun ke bawah dan duduk sejajar dengan peserta, sementara kursi peserta disusun saling berhadapan.

“Ketika berada di tengah teman-teman, ini lebih egaliter. Lebih setara, bukan?” katanya. Ia menegaskan bahwa suasana setara seperti ini penting untuk membangun kerja sama.

Kepercayaan: Pondasi Kepemimpinan

Menurut Anies, pondasi seorang pemimpin adalah kepercayaan. Tanpa kepercayaan, seorang pemimpin tidak akan diikuti. Ia merumuskan kepemimpinan sebagai berikut:

- T = C + I1 + I2 − S1
T = Trust (kepercayaan)
C = Competence (kompetensi)
I1 = Integrity (integritas)
I2 = Intimacy (pendekatan/personal connection)
S1 = Self-interest (kepentingan diri sendiri)

Kepercayaan, lanjutnya, adalah hasil dari kompetensi, integritas, dan pendekatan yang personal, tanpa mementingkan kepentingan diri sendiri.

Belajar dan Berpikir Baru untuk Kepemimpinan Masa Depan

Anies juga mengingatkan bahwa seorang pemimpin harus terus belajar dan mengadopsi pembaruan. Ia memperkenalkan konsep "to unlearn" atau melepas kebiasaan lama yang sudah tidak relevan.

“Pemimpin harus selalu membawa kebaruan. Jika tidak membawa kebaruan, maka bukan lagi anak muda,” tegasnya. Selain itu, ia menekankan pentingnya kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kreativitas.

“Menjadi pemimpin berarti menghargai dan menghormati rekan-rekan Anda. Itulah kunci untuk membangun kepercayaan,” tutur Anies.