Dua Tahun Lengser dari Gubernur Jakarta, Anies Tetap Menjadi Episentrum Perbincangan Publik

JAKARTA– Anies Baswedan terus menjadi episentrum perbincangan publik. Menjelang purnatugas sebagai Gubernur DKI Jakarta, tingkat kepuasan publik atau approval rating Anies tercatat sangat tinggi, mencapai 80 persen.

Jaka Budi Santoso, jurnalis senior Media Indonesia, menyatakan bahwa meskipun Anies telah lengser dua tahun lalu dari jabatan gubernur, sosoknya tetap mengakar di kalangan masyarakat Jakarta.

Menurut Budi, ada beberapa alasan mengapa Anies Baswedan masih begitu membekas. Selama memimpin Jakarta, situasi tetap damai tanpa polarisasi. Anies menerapkan prinsip kesetaraan dalam kepemimpinannya. Salah satu contohnya adalah pembangunan taman-taman di perkampungan kumuh.

“Sebelumnya, Pemprov DKI hanya membangun taman-taman di kawasan elite. Namun di daerah kumuh, taman hampir tidak pernah ada.

Dia mencontohkan bagaimana Anies menunaikan tugas membangun tanam di perkampungan kumuh. "Saya tinggal di perbatasan Tangerang dan Jakarta Barat. Di sana, Pemprov DKI membeli tanah seluas 5.000 meter persegi seharga hampir 50 miliar rupiah yang sengaja digunakan untuk taman,” jelas Budi dalam podcast Ordal berjudul “Ternyata Anies Masih Menyala” di kanal YouTube Media Indonesia, yang dikutip Selasa, 3 Desember 2024.

“Itu adalah janji kampanye Anies saat Pilkada 2017, dan janji itu ditunaikan. Bagi masyarakat menengah ke bawah, hal itu sangat berarti. Mereka merasa diperhatikan,” tambahnya.

Budi juga menyoroti bahwa Anies tidak menganakemaskan satu agama tertentu. “Sebelumnya, banyak gereja sulit dibangun karena persoalan IMB. Namun di era Anies, banyak IMB gereja bisa diterbitkan sehingga gereja-gereja dapat dibangun,” katanya.

Ketika publik memberikan apresiasi sebesar itu, lanjutnya, itu menjadi bukti bahwa Anies berhasil memimpin Jakarta. “Approval rating-nya yang tinggi juga terlihat dari fakta bahwa, meskipun sudah dua tahun lengser, endorsement Anies kepada Pramono-Rano tetap dipatuhi oleh para pendukungnya,” ujar Budi.

Menurut Budi, jika Anies memilih untuk netral pada Pilgub Jakarta 2024, kemungkinan besar tingkat partisipasi publik akan lebih rendah dari sekarang. “Dan jika Anies netral, belum tentu Pramono-Rano bisa menang, apalagi dalam satu putaran,” tegasnya.

“Pengaruh Anies sangat besar dalam kemenangan Pramono-Rano,” imbuh Budi.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa warga Jakarta kini lebih rasional. Hal ini terlihat dari penilaian terhadap program kerja Pramono-Rano yang dianggap lebih baik dibandingkan pasangan RK-Suswono.

“RK dan Suswono beberapa kali melakukan blunder, seperti pernyataan soal ‘janda’. Itu memengaruhi persepsi publik, sehingga mereka menganggap Pramono-Rano lebih layak dipilih, apalagi didukung oleh Anies. Keberadaan Ahok di belakang Pramono-Rano juga cukup membantu memberikan kontribusi kemenangan,” tuturnya.

“Jadi, dukungan Anies di Jakarta ini sangat efektif mendongkrak suara Pramono-Rano,” kata Budi.