
BLITAR, 18 JUNI 2025* — Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Wakil Presiden Republik Indonesia Gibran Rakabuming menyambangi UMKM Budi Luhur produsen kendang jimbe dan rebana berkualitas ekspor di Desa Sentul Kecamatan Kepanjen Kidul, Kota Blitar, Rabu (18/6).
Keduanya melihat lebih dekat proses pembuatan kendang jimbe yang telah menembus pasar ekspor internasional. Tidak hanya itu, usaha lokal ini sukses menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 30 orang masyarakat sekitar Blitar serta bergerak bersama 40 pengrajin di desa yang sama.
Kendang jimbe asal Blitar telah menembus pasar banyak negara dunia termasuk Tiongkok, Malaysia, Singapura, India, Brasil, dan Amerika Serikat.
"Allhamdulillah Kendang Jimbe ini telah menembus pasar internasional seperti China hingga India Jadi Pasar Utama Internasional. Ini menunjukkan kualitas produk lokal kita sudah kelas dunia,” sebutnya.
Tak hanya itu, lanjutnya, keberhasilan ekspor kendang jimbe di Kota Blitar ini menjadi sebuah pencapaian kolaborasi dari para UMKM serta dukungan yang optimal memanfaatkan potensi desa sehingga bisa bersaing di pasar global.
"Ekspor kendang jimbe ini bukan hanya pencapaian ekonomi, tetapi juga bukti bahwa produk UMKM dengan kolaborasi, serta dukungan serta optimalisasi potensi desa dapat dikembangkan menjadi produk yang bersaing di pasar global," ujarnya.
Saat ini, Khofifah mengatakan, permintaan kendang jimbe dan rebana telah banyak diminati hingga seluruh Indonesia dengan rata rata produksi sejumlah 100 hingga 300 unit per hari. Bahkan, permintaan domestik terbesar datang dari Jawa Tengah dan Jawa Barat hingga Kalimantan, khususnya Pontianak.
“Di Kota Blitar, terdapat 40 perajin kendang timbe dengan kualitas yang luar biasa,” jelasnya.
Gubernur Khofifah juga menjelaskan bahwa Kendang jimbe banyak digunakan untuk kesenian, alat musik, media pembelajaran. Sementara rebana banyak digunakan sebagai alat alat hadrah dan pengajian.
Untuk itu, Gubernur Khofifah menjelaskan, pasca Covid-19, Pemprov Jatim terus mendorong dengan mengadakan berbagai festival musik, karawitan drum band hingga perkusi. Kendang jimbe ini juga bisa digunakan sebagai alat edukasi dari semua jenjang sekolah dari SD-SMA yang diajarkan.
"Ketika ada festival perkusi, produk kendang jimbe seperti ini bisa digunakan dan dibeli dalam jumlah banyak," katanya.
Ia berharap kunjungan ini dapat memotivasi pelaku UMKM lainnya untuk meningkatkan kualitas produk dan memperluas pasar ekspor. Terlebih pemasaran produknya bisa dilakukan secara virtual, melalui platform digital atau online.
"Hari ini pemasaran digital menjadi hal sangat penting. Kehadiran kami bersama Pak Wapres menjadi bukti dukungan dari pemerintah agar para UMKM dan pelaku usaha terus bekerja keras dan kerja keras agar produk lokal seperti kendang jimbe dapat menembus di pasar internasional," pungkasnya.
Sementara itu, Yefri Firmansah, pemilik UMKM Budi Luhur Drum, menjelaskan bahwa kendang jimbe mampu terjual sekitar 50 hingga 100 unit per bulan. Bahkan, saat ada event daerah, permintaan bisa mencapai 300 hingga 500 unit.
"Harga kendang jimbe bervariasi, mulai dari Rp 25.000 untuk ukuran kecil hingga Rp 1 juta untuk ukuran 60 cm yang biasa digunakan oleh musisi profesional," tambah Yefri.
Omzet rata-rata per bulan mencapai Rp 5 hingga 20 juta untuk semua jenis kerajinan, termasuk rebana dan alat musik lainnya.
"Kami melibatkan sekitar 30 orang masyarakat sekitar dalam proses produksi," tegasnya.