Indonesia Design Week 2025: Perpaduan Identitas dan Inovasi Desain Dunia
Dok. PIK2

JAKARTA - Kemeriahan Indonesia Design Week (IDW) 2025 resmi dimulai di Indonesia Design District (IDD) PIK2. Selama sembilan hari penuh, mulai 12 hingga 20 September, kawasan kreatif seluas 12 hektare itu menjadi pusat perayaan desain, seni, dan arsitektur sekaligus ruang temu gagasan lintas sektor.

Mengangkat tema “Ideantity” gabungan dari idea dan identity IDW mengajak insan kreatif untuk merevitalisasi jati diri desain Indonesia dalam percakapan global. Tema ini menegaskan bahwa Indonesia tak lagi hanya sebagai konsumen, tetapi mulai tampil sebagai kontributor penting di dunia desain.

“Melalui Indonesia Design Week, kami ingin menunjukkan bahwa desain bukan hanya milik kalangan tertentu. Desain bisa menjadi bahasa universal, yang menyatukan ide, budaya, dan komunitas. Tapi yang tak kalah penting, desain juga harus membumi, relevan, dan punya dampak langsung ke masyarakat,” kata Aditya Rahmat Darwanto, perwakilan IDW.

Sebagai pusat desain dan furnitur terbesar di tanah air, IDD PIK2 memperluas cakupan IDW tahun ini. Programnya meliputi pameran instalasi kolaboratif, dialog internasional, pasar kreatif lokal, agenda edukasi mahasiswa, hingga aktivitas sosial berbasis komunitas.

Beberapa nama besar dunia turut memberi warna. Marva Griffin, Pendiri SaloneSatellite, tampil dalam sesi di MM Galleri yang merupakan bagian dari Italian Design Week. Sementara itu, Laura Kohler, Chief Sustainability & DEI Officer KOHLER Co., hadir dengan topik tentang desain berkelanjutan di level global.

Ruang Townhall IDD juga disulap menjadi arena kolaborasi lintas disiplin. Di sana pengunjung dapat menjumpai instalasi SMEG x Museum Macan, Milimeter Manifesto, AHEC x Studio Hendro, Kohler Installation, Viro x Tulola, hingga ICAD By The Bay Vol.03 yang menggabungkan Saniharto dan Ghea Fashion Studio.

“Semua instalasi ini bukan hanya indah, tapi juga bermakna. Mereka menantang batas konvensional dan menciptakan ruang baru untuk dialog kreatif,” ujar Adit.

Tak ketinggalan, proyek IMPAX membawa misi keberlanjutan dengan mengolah limbah tahu dan kayu menjadi karya artistik. IDW 2025 juga membuka akses bagi publik luas lewat tur edukatif mahasiswa, Artisan Alley yang menghadirkan 51 artisan dan UMKM, serta Firm Office Grand Prix—balapan kursi kantor yang unik sekaligus menghibur. Program sosial Sip & Tip menghadirkan desainer di balik bar, dan seluruh tip disalurkan bagi komunitas yang membutuhkan. Aksi ini melengkapi kegiatan Bedah Rumah bersama Community Development ASG dengan partisipasi tenant IDD, termasuk TOTO, Juno, BIKA, dan Sleep & Co.

Dari sisi pemerintah, dukungan datang melalui Kemenparekraf. Deputi Bidang Kreativitas, Budaya, dan Desain, Yuke Sri Rahayu, menegaskan peran strategis IDW.

“IDW ini bukan sekadar pameran atau ajang jual beli. Ini adalah ekosistem. Tempat para pelaku kreatif bisa berjejaring, bertukar ide, dan menciptakan kolaborasi nyata lintas sektor,” jelasnya.

Kemenparekraf juga mendukung 20 brand dan IP lokal melalui program open call di pop-up ICAD. Dukungan internasional pun mengalir dari media global seperti Dezeen, Design Anthology, dan Archinesia. Malam pembukaan IDW 2025 semakin istimewa dengan kehadiran lebih dari 15 perwakilan kedutaan besar, mulai dari Italia, Denmark, Kanada, Brasil, Mesir, hingga negara lainnya.

“Kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya pasar desain, tapi juga pemain penting dalam ekosistem global. Dan yang paling membanggakan: acara ini gratis, terbuka untuk publik, dan menyambut siapa saja,” pungkas Adit.