Jejak Perjuangan Hafitar, Bocah SD yang Viral Karena Naik KRL Sendirian
Foto: istimewa

JAKARTA - Seorang siswa sekolah dasar bernama Hafitar menjadi sorotan warganet setelah videonya yang tengah menumpang KRL sendirian untuk berangkat sekolah viral di media sosial. Bocah asal Parung Jaya, Kota Tangerang, itu setiap hari menempuh perjalanan hampir dua jam menuju sekolahnya di kawasan Klender, Jakarta Timur.

Dalam video yang beredar, Hafitar terlihat mengenakan seragam merah-putih dan berdiri di antara para pengguna KRL lain di peron stasiun. Gesturnya yang tenang dan mandiri membuatnya tampak seperti pekerja dewasa yang biasa melakukan perjalanan komuter.

Setiap pagi, Hafitar berangkat sejak subuh dari stasiun terdekat rumahnya. Ia harus transit di Stasiun Tanah Abang untuk melanjutkan perjalanan menuju Stasiun Klender.

Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan Duren Sawit, Farida Farhah, menjelaskan latar belakang perjalanan jauh yang harus ditempuh Hafitar setiap hari. Sebelumnya, Hafitar tinggal bersama ibunya di Kampung Sumur, Klender, yang berlokasi tak jauh dari sekolah.

Namun, kondisi keluarga berubah setelah ayah Hafitar meninggal lima tahun lalu. Pada September lalu, sang ibu mendapatkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga di wilayah Tangerang, sehingga keduanya pindah kontrakan ke daerah tersebut.

“Di awal kepindahan, ibunya masih mengantar-jemput naik KRL setiap hari. Setelah Hafitar dianggap cukup mandiri dan memahami rute, barulah ia diperbolehkan berangkat sendiri,” kata Farida, Senin (24/11).

Farida menambahkan, ibu Hafitar telah menyiapkan seluruh kebutuhan perjalanan sang anak, mulai dari kartu Commuter Line, kartu JakLingko, hingga berkoordinasi dengan petugas di Stasiun Parung Panjang, Tanah Abang, hingga Buaran untuk memastikan keamanan perjalanan.

Perjalanan pulang-pergi yang jauh membuat pihak sekolah sejak awal menyarankan agar Hafitar dipindahkan pada semester berikutnya. Namun, usulan itu sempat ditolak oleh Hafitar karena ia merasa nyaman dengan guru dan teman-temannya. Lingkungan orang tua murid pun dinilai ramah oleh ibunya.

Beberapa guru dan orang tua murid bahkan sempat menawarkan tempat tinggal sementara agar perjalanan Hafitar lebih mudah, tetapi tawaran tersebut ditolak. Barulah setelah kisahnya viral, pihak sekolah mengambil langkah untuk membantu.

“Setelah diskusi panjang, akhirnya Hafitar bersedia tinggal sementara di rumah teman sekolahnya. Sejak Minggu kemarin ia sudah tinggal bersama keluarga tersebut dan kini diantar-jemput setiap hari,” ujar Farida.

Farida mengungkap bahwa Hafitar sebenarnya baru sekitar satu minggu berangkat sekolah sendirian sebelum akhirnya viral. Seluruh persiapan keamanan telah dilakukan ibunya, termasuk menyediakan kartu perjalanan dan memastikan komunikasi dengan petugas stasiun tetap terjalin.

Menurut Farida, pihak sekolah dan keluarga akhirnya sepakat untuk memindahkan Hafitar ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya di Tangerang. Mutasi akan dilakukan setelah pembagian rapor karena Hafitar yang masih duduk di kelas 1 belum menerima penilaian resmi.

“Pemutasian direncanakan dilakukan dua minggu lagi setelah pembagian rapor. Kami prihatin melihat jarak yang harus ditempuh Hafitar setiap hari,” ujarnya.