Menag Ajak Kepala Daerah Jaga Kerukunan Umat Beragama
Menag menjadi pemateri di giat Retreat Kepala Daerah di Akmil Magelang, Rabu (26/2/2025).

MAGELANG - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar mengajak seluruh Kepala Daerah yang mengikuti giat Retreat di Magelang untuk bersama menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Menurutnya, itu menjadi salah satu kekuatan Indonesia di mata dunia di tengah kemajemukannya.

“Indonesia ini saya sudah meneliti, tidak ada negara yang paling plural seplural Indonesia. Ada 17 ribu pulau, 1.300 suku, 718 bahasa lokal, tidak ada negara yang paling plural seplural Indonesia. Kita bisa mengatakan, kontributor tertinggi terhadap kedamaian Indonesia itu adalah kerukunan umat beragama,” ujar Menag.

Menag menceritakan, bahwa Indonesia sudah empat kali diprediksi akan bubar seperti Uni Soviet dan Balkan. Tapi tahun-tahun yang dimaksudkan terlewat tanpa adanya konflik. Dan temuan mereka yang memprediksi tersebut menjelaskan bahwa kekuatan kerukunan antarumat beragama lah yang menjadi kunci Indonesia bisa tetap eksis hingga saat ini.

“Jadi kalau umat beragama itu rukun Bapak Ibu sekalian, tidak ada kekuatan manapun yang bisa mengacak-acak Indonesia ini,” lanjutnya.

Menag pun menjelaskan pentingnya peran Kementerian Agama dalam mewujudkan kerukunan di setiap daerah. Karena itu, Ia meminta seluruh kepala daerah, untuk bersinergi dalam mewujudkan hal tersebut.

“Bapak-Ibu sekalian juga nanti sebagai pemimpin lokal, jangan sampai nanti tidak mau membantu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB). Kepentingan-kepentingan institusi keagaman di daerah itu sangat penting loh Bapak,” kata Menag.

Menurut Menag, jika kerukunan umat beragama tidak terjaga, kekuatan ekonomi pun sudah tak berarti. Nilai ekspor yang tinggi, kurva-kurva ekonomi yang terus meningkat, tidak akan berarti jika negara berada dalam kondisi kacau dan berada di tengah-tengah kerusuhan.

Menag meminta pemerintah daerah juga harus memberikan perhatian khusus terhadap fenomena konflik yang berbasis keagamaan.

“Jangan terlambat Bapak Ibu, kalau terlambat sedikit, itu dahsyat (akibatnya), kita pernah punya pengalaman di Poso, di Kalimantan dan beberapa tempat. Makanya itu kita harus turun ke lapangan untuk mendeteksinya sejak dini,” ucapnya.

“Makanya jangan coba-coba ada yang memperatasnamakan agama untuk kepentingan lokal, kepentingan jangka pendek. Sebab dahsyat agama itu seperti nuklir. Nuklir itu bisa menjadi sumber energi yang paling murah tapi bisa menjadi senjata yang paling mematikan,” ungkapnya.

Oleh karenanya, Menag juga mengajak seluruh Kepala Daerah untuk menjadikan agama sebagai kekuatan untuk membangun dan meraih kepentingan bangsa.

“Jadi kalau kita menekankan aspek sentripetalnya agama, agama itu akan menjadi faktor pemicu yang amat dahsyat untuk meraih pembangunan itu. Tapi kalau agama tampil sebagai sentripetal faktor pemecah belah, itu dahsyat akibatnya,” tegasnya.