Menjaga Stamina Politik, Perlukah Anies Mendirikan Ormas?

Beberapa bulan ini desakan terhadap Anies Baswedan untuk mendirikan ormas ataupun partai baru cukup santer. Tampaknya untuk pendirian partai baru, tidak menarik buat Anies.

Disadari Anies bahwa pemilih dalam pilpres 2024 sebagian juga merupakan kader dan simpatisan partai, yang sudah punya ikatan lama dan tidak begitu saja bisa berpindah dengan partai baru.

Dari catatan hadirnya parpol baru dalam beberapa pemilu, terutama dua kali pemilu, pendirian partai baru sering dilihat masyarakat sebagai sempalan ataupun kekecewaan, akibat tersingkir dari partai lama para tokoh pendiri partai baru.

Meskipun banyak juga masyarakat yang sudah pesimis dan apatis terhadap partai dan elit politik partai yang ada. Seorang Anies yang berjiwa negarawan tentu menghindari kesan seperti itu.

Rezim Jokowi yang semula membawa harapan, selama 10 tahun justru semakin merusak tatanan demokrasi di Indonesia. Bisa jadi selama dia memimpin, Indonesia berada di level terburuk pasca reformasi.

Pengamatan sejauh ini, untuk bisa lolos verifikasi faktual menjadi peserta pemilu, perlu dukungan dana, prasarana dan energi besar untuk memenuhi persyaratan administratif parpol baru.

Bahkan hasil akhirnya, tanpa figur yang kuat beberapa parpol baru tidak mampu menarik pemilih sehingga tidak memenuhi threshold lolos masuk Senayan.

Menjelang akhir 2024 kemarin, Anies bahkan menyatakan dan menegaskan tidak menyetujui dan mendukung sebuah partai baru yang dideklarasikan dengan membawa tema Perubahan.

Meskipun partai baru tersebut seolah mengklaim didukung, bahkan mencantumkan dalam pendirian partai bahwa Anies sebagai Capres yang akan diusung dalam pilpres 2029. Sekali lagi ditegaskan, Anies tidak menyetujui, tidak mendukung dan terlibat dalam pendirian partai baru tersebut.

Sejauh ini jabatan gubernur ataupun presiden bukanlah tujuan bagi Anies Baswedan, meskipun Anies pernah ikut menjadi peserta konvensi sebuah partai, Anies tidak pernah menjadi kader ataupun mendaftar ke partai. Bahkan ketika Anies diusung Gerindra dan PKS maju sebagai calon gubernur DKI.

Demikian pula dalam pilpres 2024 Anies tidak mendaftar atau melamar sebagai capres, saat itu masih menjabat gubernur DKI melainkan adanya panggilan dan ajakan dari partai Nasdem sebagai parpol pengusung. Kemudian Nasdem membentuk koalisi dengan PKS dan PKB dengan mengusung tema Perubahan.

Toh meskipun partai partai selama ini selalu mendahulukan kader atau ketua umumnya sebagai calon unggulan, dinamika politik tetap mendorong parpol untuk melihat faktor elektoral yaitu popularitas dan elektabilitas calon. Hal tersebut yang akhirnya membawa Anies lolos sebagai salah satu Capres 2024 berpasangan dengan Muhaimin Iskandar dari PKB.

Pendirian ormas setelah kontestasi Pilpres 2024 bagi Anies Baswedan, tentu tidak lepas dari momentum dan dinamika politik yang ada. Besarnya pemilih yang mencerminkan dukungan relawan, pendukung dan simpatisan yang telah memberikan suaranya tentu perlu disatukan, diwadahi dan dirawat untuk menjaga tema perubahan yang diusung.

Ormas ini sekaligus untuk konsolidasi dalam menjaga stabilitas elektoral, jaringan komunikasi dan menjaga stamina politik seorang figur. Seorang tokoh dan figur politik, tidak akan bertahan lama dan kuat tanpa dukungan organisasi dengan basis masa yang besar, luas dan solid. Basis dukungan ini sekaligus akan membuktikan ukuran kekuatan seorang tokoh.

Jadwal pilkada 2024 setelah pilpres tentu kurang tepat untuk mendirikan ormas, mengingat realita adanya perbedaan perbedaan pilihan para pendukung Anies terhadap calon dalam pilkada. Bahkan ada beberapa pendukung maju sebagai calon pimpinan daerah yang sama.

Kondisi ini tentu akan mengganggu proses konsolidasi pembentukan ormas dan bisa kurang kondusif, sehingga terkesan mundur.

Besarnya dukungan suara terhadap Anies dan keberhasilan sebelumnya, menjadikan Anies sempat masuk nominasi kandidat cagub dalam ajang pilkada DKI 2024. Namun Anies sempat terganjal dengan batasan suara dan pragmatisme partai untuk maju sebagai Gubernur DKI. Sempat kekecewaan pendukung itu menimbulkan Gerakan coblos semua (Gercos).

Para pendukung militan yang dikenal sebagai anak abah juga menjadi incaran para calon peserta pilkada di DKI. Namun Anies tentu cermat dan mendukung calon yang bisa meneruskan aspirasi warganya.

Sebagai figur yang berpengaruh, Anies memberikan dukungan kepada Pramono dan Doel yang diusung PDIP di DKI, mendukung Ahmad Syaiku dan Ilham Habibie yang diusung PKS dan Nasdem di Jabar, serta mendukung Luluk Nur Hamidah dan Lukmanul Khakim yang diusung PKB di Jatim.

Hal ini menunjukkan kematangan dan jiwa besar Anies, yang senantiasa menjaga hubungan baik dengan partai. Tampaknya pengaruh dukungan Anies terhadap Pramono dan Doel di DKI mampu menghantarkan kemenangan di pilkada DKI.

Pilkada sudah usai dan kini saatnya Anies untuk segera membangun ormas tersebut.

Sebuah ormas baru, Perkumpulan Gerakan Rakyat yang mengawal tema perubahan siap berdiri bersama rakyat. Sahrin Hamid sebagai jubir dan orang dekat dipercaya sebagai ketum Gerakan Rakyat.

Dengan semangat Indonesia Menyala dan logo sebuah kentongan, yang secara tradisional merupakan alat panggilan, peringatan untuk berkumpul bersama, saling membantu dan waspada.

Tampaknya berbagai persiapan sudah dilakukan, pembuatan AD/ART, pembentukan DPP di Jakarta, DPW setiap propinsi, bahkan sampai DPD setiap kabupaten dan kota.

Segenap rakyat sudah menunggu tokoh idola dalam barisan perubahan. Gaung persiapan deklarasi di Tugu Proklamasi Jakarta sudah mulai terdengar.

Secara konstitusi pergantian kepemimpinan di Indonesia melalui Pilpres, Pileg dilakukan melalui pemilu 5 tahunan, bahkan pilkada saat ini mulai dilakukan serentak.

Kondisi Indonesia secara fundamental, ekonomi, hukum dan politik tidak sedang baik baik saja.

Prabowo Gibran meskipun hampir 100 hari belum memiliki arah yang jelas, banyak memikul beban warisan Jokowi dan tidak memiliki strategi dan solusi program unggulan untuk menyelesaikan masalah ekonomi dan hukum.

Program makan bergizi gratis hanya semakin membebani negara dan tidak mengatasi ketimpangan sosial dan kesejahteraan. Belum lagi masalah di lapangan terkait menu, kualitas bahan dan penyajian. Program yang tampak menarik didengarkan tetapi menyedihkan saat dilaksanakan.

Cawe cawe penguasa yang membuat carut marut pilpres dan pileg 2024 dengan berbagai dugaan kecurangan masih terekam kuat.

Rakyat semakin merasakan kehilangan kedaulatan dan harapan terhadap wakilnya. Wakil wakil rakyat cenderung kurang peduli dan lalai terhadap aspirasi dan tuntutan rakyat.

Rakyat semakin khawatir dengan cara kerja pemimpin yang cenderung boros, kurang tegas dengan gaya kepemimpinan omon omon saat ini.

Beban ekonomi rakyat semakin berat, daya beli rendah, banyak PHK dan lapangan kerja semakin sulit akibat banyak usaha gulung tikar.

Hasil pilpres yang tidak jujur dan adil menjadikan pemimpin terpilih tersandera, tidak percaya diri, tidak tegas dan membuat kepercayaan rakyat di simpang jalan.

Pemimpin yang dilemahkan, miskin ide dan gagasan tidak akan mampu mengatasi tuntutan dan harapan untuk membawa keadilan dan kesejahteraan.

Berangkat dari kondisi itulah semangat perubahan dan gerakan bersama seluruh rakyat yang mencintai NKRI ini lahir.

Rakyat bisa saja sewaktu waktu menghendaki pergantian pimpinan nasional dan tentu harus ada figur pemimpin yang kompeten, negarawan yang terpercaya.

Sosok Anies Baswedan mau tidak mau, tidak lepas dari semangat perubahan dan pergerakan rakyat. Dia menjadi idola dan inspirasi anak muda dan relawan anak bangsa untuk betjuang bersama.

Kehadiran ormas Gerakan Rakyat sebagai kekuatan non parlemen, organisasi non parpol ini bisa menjadi pemersatu rakyat, menghimpun kekuatan untuk dapat mengembalikan kedaulatan rakyat sesuai Pancasila dan UUD 45.

Ormas ini akan menjadi wadah berjuang, berkarya untuk mewujudkan ide dan gagasan perubahan. Sekaligus akan menjadi simbul kembalinya para pejuang rakyat untuk menyelamatkan Indonesia sesuai cita cita pendiri bangsa.

Banyak tumpuan, harapan dan cita cita rakyat yang ingin diwujudkan terhadap perubahan ada di pundak kita.

Berbekal integritas, pengalaman dan rekam jejak, didukung semangat perubahan serta perjuangan bersama Indonesia akan adil, maju dan sejahtera.

Keberhasilan terbentuknya ormas ini juga menjadi ukuran seberapa besar ikatan emosi, jaringan, harapan dan dukungan rakyat terhadap figur Anies Baswedan.

Nurmadi H. Sumarta, pemerhati ekonomi dan politik, dosen FEB Universitas Sebelas Maret