Menjembatani Budaya, Sekolah Xin Zhong Surabaya Gelar Camp Budaya Tionghoa 2025

SURABAYA – Dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok, Sekolah Xin Zhong Surabaya menyelenggarakan acara pembukaan "Camp Budaya Tionghoa 2025" pada Senin, 1 September 2025. Kegiatan yang berlangsung meriah ini bertujuan untuk menjadi jembatan budaya serta mempererat persahabatan kedua negara.

Acara pembukaan dihadiri oleh sejumlah tamu kehormatan, termasuk Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Bapak Ir. Yusuf Masruh, M.M., dan Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya, Bapak Tan Dayou. Sejak pagi hari, para peserta dan guru-guru ahli dari Tianjin, Tiongkok, telah disambut hangat oleh seluruh siswa. Rangkaian acara diawali dengan kumandang lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu kebangsaan Tiongkok, dilanjutkan dengan penampilan para guru dari Tianjin yang memperkenalkan beragam kelas budaya yang akan mereka ajarkan.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Bapak Ir. Yusuf Masruh, M.M., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap inisiatif ini. "Anak-anak dapat bertemu langsung dengan para ahli di bidangnya, sehingga memudahkan proses belajar dan penyerapan ilmu. Harapan kami, mereka dapat mengimplementasikan budaya yang dipelajari dan memicu interaksi mutualisme antara kedua negara," ujarnya.

Pentingnya acara ini juga ditekankan oleh Ketua Lembaga Koordinasi Pendidikan Bahasa Tionghoa Jawa Timur, Bapak Soh Sian Gwan. “Kegiatan ini tidak hanya memperluas wawasan siswa tetapi juga mempererat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Tiongkok,” tuturnya dalam sebuah wawancara. Beliau berharap para siswa dapat menjadi “duta-duta kecil” yang akan terus menjaga persahabatan kedua negara di masa depan.

Para tamu dan peserta disuguhi berbagai pertunjukan seni yang memukau, mulai dari Gendang Jingyun, Opera Peking, demonstrasi lukisan Tionghoa, tarian tradisional, hingga seni bela diri. Antusiasme para peserta pun terlihat jelas. "Ini pengalaman pertama saya mengikuti Camp Budaya Tionghoa yang begitu lengkap. Saya sangat tertarik mendalami seni bela diri dan merasa bersemangat bisa belajar langsung dari ahlinya," ungkap Michael, salah seorang peserta.

Dukungan positif juga datang dari para orang tua siswa. Seorang orang tua menyatakan, "Saya mendaftarkan anak saya agar lebih mengenal budaya leluhur sebagai keturunan Tionghoa, sekaligus melestarikan akar keluarga." Orang tua lainnya menambahkan, "Saya berharap anak saya tidak hanya memahami budaya Tionghoa lebih dalam, tetapi juga dapat meningkatkan keterampilan dan membangun relasi yang lebih baik."

Camp Budaya Tionghoa ini dirancang sebagai program imersif yang terdiri dari 12 kelas pilihan, seperti kaligrafi, bela diri, tari, dan opera. Program ini terbuka bagi seluruh siswa dari tingkat SD hingga SMA, baik keturunan Tionghoa maupun non-Tionghoa, untuk menunjukkan pentingnya mempelajari keragaman budaya.

Acara pembukaan ditutup dengan lantunan lagu meriah yang menyemangati seluruh peserta. Kegiatan ini tidak hanya menjadi wadah untuk belajar budaya, tetapi juga momentum untuk membangun persahabatan dan menciptakan pengalaman tak terlupakan, sekaligus menjadi bukti nyata bahwa pertukaran budaya di tingkat akar rumput merupakan pilar penting dalam memperkuat hubungan bilateral kedua negara.