
Foto: Greenbelt PIK2
JAKARTA - Semilir angin laut menyapa lembut kawasan hijau di Greenbelt Boulevard, Pantai Indah Kapuk 2 (PIK2) pada pagi peringatan World Cities Day. Di bawah langit biru yang bersih, suasana itu menjadi simbol semangat perayaan dunia tentang bagaimana kota seharusnya tumbuh dengan kesadaran, bukan sekadar membesar tanpa arah.
Di tengah pesatnya pembangunan kawasan urban di berbagai belahan dunia, PIK2 tampil sebagai contoh berbeda sebuah kawasan yang menempatkan keseimbangan antara pertumbuhan dan keberlanjutan sebagai fondasi utama.
“Happy World City Day, toward a sustainable urban future. Maju terus PIK2,” ujar Ade Yusuf, Landscape Management Director Agung Sedayu Group, di sela kegiatan perawatan taman di sepanjang boulevard yang rindang.
Ucapan singkat itu mencerminkan filosofi mendasar tentang kota ideal bukan hanya indah dipandang, tetapi juga ramah bagi lingkungan dan penghuninya.
Kota yang Bernapas
PIK2 dibangun atas kesadaran bahwa kota masa depan harus “bernapas.” Ruang hijau di kawasan ini tidak hanya berfungsi sebagai elemen estetika, tetapi juga sebagai paru-paru yang menyalurkan kehidupan bagi ekosistem sekitar.
Salah satu contohnya adalah La Riviera, kawasan hunian bergaya Eropa yang juga berperan sebagai sistem air terbuka untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Begitu pula Land’s End dan Aloha PIK2, yang membuka akses publik ke tepi laut dan menjadi ruang interaksi manusia dengan alam sesuatu yang sering terabaikan dalam pengembangan kawasan pesisir modern.
“Semoga setiap sudut PIK2 menjadi ruang kebersamaan dan harapan baru. Selamat Hari Kota Sedunia,” tutur Miranda D.W.K, Advertising Promotion Director Agung Sedayu Group, sembari meninjau taman tematik yang tengah disempurnakan. Ucapan tersebut menjadi pengingat bahwa kota sejatinya adalah tempat manusia saling bertemu dan bertumbuh bersama.
Kota adalah hasil kompromi harmonis antara manusia dan alam. Di PIK2, harmoni itu terlihat dari tata ruang yang menempatkan keseimbangan sebagai prinsip utama. Di CBD Beachwalk, misalnya, pejalan kaki dan pesepeda mendapatkan ruang sejajar dengan kendaraan bermotor.
Sementara di Indonesia Design District (IDD), karya arsitektur dan produk kreatif lokal berdiri berdampingan dengan merek internasional, dan NICE (Nusantara International Convention Exhibition) menghadirkan ruang pertemuan global yang berpadu dengan lanskap hijau tropis.
“Better city, better life at PIK2,” ujar Lucia Aditjakra, Sales & Marketing Director PIK2, menutup rangkaian peringatan tersebut. Baginya, kata better bukan sekadar slogan pemasaran, melainkan prinsip hidup bahwa kota yang baik adalah kota yang memberi kehidupan lebih baik bagi setiap orang, bahkan bagi mereka yang hanya sekadar melintas.
Kehadiran PIK2 juga menandai transformasi wajah pesisir utara Jakarta. Dari lahan reklamasi yang dulunya gersang, kini tumbuh sistem tata kota modern yang menjawab tantangan krisis ruang, banjir, hingga polusi udara. Setiap hektare taman dan danau buatan di kawasan ini menjadi simbol janji bahwa pembangunan dapat berjalan seiring dengan kelestarian alam jika dilandasi visi dan kesabaran.
Di bawah naungan Agung Sedayu Group dan Salim Group, konsep sustainable urban living di PIK2 diwujudkan nyata melalui sistem drainase terpadu, ruang terbuka hijau, serta infrastruktur publik yang inklusif. PIK2 kini menjadi contoh penerapan “ekologi kota” bernuansa tropis di Indonesia.
“PIK2 bukan hanya kota untuk ditinggali, tetapi juga untuk dicintai,” pungkas Ade Yusuf menutup kegiatan.
Dan mungkin, di Hari Kota Sedunia ini, cinta terhadap kota adalah bentuk paling nyata dari keberlanjutan itu sendiri.
Info Detak.co | Minggu, 09 November 2025 
