Momen Bersejarah: Tiga Tokoh Dunia Tampil Bersama di Panggung NICE PIK2
Dok. PIK

JAKARTA - Di tengah gemerlap gedung kaca Nusantara International Convention Centre (NICE) PIK2, Indonesia menorehkan babak baru dalam lanskap kepemimpinan global. Sabtu lalu, ruang utama NICE menjadi saksi pertemuan tiga tokoh lintas bangsa dan lintas generasi: Susilo Bambang Yudhoyono, Mochtar Riady, dan John C Maxwell. Sebuah konstelasi langka yang bahkan jarang terjadi di forum regional Asia Tenggara.

Kehadiran mereka dalam Capacity Catalyst Summit (CCS) 2025 menjadikan acara ini lebih dari sekadar konferensi. Dengan 5.000 peserta yang bergabung secara langsung dan daring, NICE PIK2 berubah menjadi ruang dialog besar tentang masa depan kepemimpinan Indonesia.

Venue Baru, Standar Baru

Bagi NICE PIK2, momentum ini bukan hanya soal menjadi lokasi acara. Konvensi berskala internasional ini memperlihatkan bagaimana sebuah venue baru dapat memainkan peran strategis dalam ekosistem MICE Indonesia. Dengan kapasitas ribuan peserta dan tata ruang yang dibangun untuk konferensi kelas dunia, NICE PIK2 menunjukkan kemampuan yang biasanya dimiliki pusat-pusat konvensi di kota-kota global.

Panggung tunggal yang mempertemukan SBY, Mochtar Riady, dan Maxwell menjadi penegasan visual: ada ruang baru di Indonesia yang mampu menampung percakapan besar tentang kepemimpinan.

Tiga Figur, Tiga Perspektif Zaman

SBY membuka forum dengan pesan tentang tanggung jawab moral seorang pemimpin.

“Dunia membutuhkan pemimpin yang memilih jalan yang benar, bukan jalan yang mudah,” ujarnya.

Mochtar Riady tampil dengan perspektif yang dibentuk pengalaman selama hampir satu abad. Ia berbicara tentang kesinambungan, kerja keras, dan bagaimana teknologi, termasuk kecerdasan buatan, harus dibaca sebagai peluang, bukan ancaman.

Dr John C Maxwell, pakar kepemimpinan yang karya-karyanya dibaca di lebih dari 160 negara, menekankan disiplin harian sebagai dasar perubahan.

“Lima hal sederhana yang dilakukan setiap hari dapat mengubah hidup seseorang secara luar biasa,” kata dia.

Selain tiga tokoh utama, NICE PIK2 menjadi ruang hadirnya beragam generasi pemimpin. Merry Riana, satu-satunya perempuan di deretan pembicara, mengangkat pesan bahwa setiap peran membawa misi besar.

“Every position has a purpose,” tuturnya.

Ada juga Alvernia Mary Liu, 17 tahun, yang meraih Rekor MURI untuk edukasi literasi keuangan. Dari generasi yang sama, Rachel Grace menyampaikan pandangan tentang pemimpin Indonesia Emas 2045.

Nama-nama lain yang turut berbicara termasuk Mark Cole, Chris Robinson, dan David Tjokrorahardjo, tokoh penting Maxwell Leadership yang memperluas cakupan gerakan kepemimpinan di Indonesia.

CCS 2025 dicanangkan sebagai titik awal gerakan melahirkan 30 juta pemimpin transformasional Indonesia, atau sekitar 20 persen dari angkatan kerja produktif. Gerakan ini diletakkan sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045.

CEO Maxwell Leadership, Mark Cole, menyampaikan apresiasinya terhadap Indonesia dan panggung yang menyatukan ribuan peserta itu.

“We’ll be back, Indonesia,” katanya.

Ketika acara ditutup, satu hal menjadi jelas: NICE PIK2 tidak lagi hanya gedung baru di utara Jakarta. Ia telah menjadi ruang tempat cerita besar kepemimpinan Indonesia dimulai, tempat para tokoh dunia saling bertemu, dan tempat arah masa depan dibicarakan dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.