Muncul Desakan Deklarasikan Ornop, Adi Prayitno: Anies Bisa Dapat Tiga Keuntungan

JAKARTA--- Desakan publik semakin berhembus kencang, menghendaki agar Anies Baswedan segera mendeklarasikan NGO Anies atau Ornop (Organisasi Non-Pemerintah) Anies. Bukan hanya datang dari pendukung, tetapi juga sejumlah politisi dan kalangan umum.

Gayung bersambut, setelah sebelumnya menghubungi pengamat politik yang satu ini dari lembaga survei Parameter Politik, terkait langkah tepat apa bagi Anies ke depan antara satu dari tiga hal. Mendirikan organisasi berbasis kekaryaaan atau mendirikan partai baru atau bergabung dengan partai politik yang sudah ada.

Adi Prayitno, demikian sang pengamat politik yang dimaksud rupanya kemudian tampil di kanal YouTube-nya @Adi Prayitno Official,  membahas Anies bertajuk “Ormas Baru Anies Baswedan, Akankah Laku?”, pada Selasa, 14 Januari 2025.

“Hari-hari ini desakan publik supaya Anies segera mendeklarasikan ormas barunya (Ornop Anies), itu semakin berhembus kencang,” ujar Adi Prayitno dikutip Selasa, 14 Januari 2025.

Bukan hanya muncul dari para pengikut dan kalangan publik secara umum, tetapi ada juga sejumlah politisi dari NasDem misalnya, yang mencoba untuk memberikan dukungan kepada Anies untuk segera mengumumkan wadah organisasi yang baru Ornop Anies.

Menurut Adi Pray, desakan itu merupakan sebagai bentuk perhatian politik kepada Anies yang masih dinilai punya potensi untuk menjadi salah satu calon pemimpin di 2029.

“Ormas baru Anies (Ornop Anies) itu pastinya dikaitkan demi kepentingan politik menyangkut tiga hal,” tandasnya

Yang pertama, jelas Adi Pray, ini sekali lagi sebagai upaya untuk merawat stamina politik Anies Baswedan. Suka tidak suka, per hari ini kalau bicara tentang popularitas Anies Baswedan, kata Adi Pray, hampir semua rakyat di Indonesia, itu cukup mengenal.

“Ini tentu sebagai bagian dari investasi politik yang sudah dilakukan oleh Anies ikut tanding Pilpres 2024 yang lalu,” imbuhnya.

Jadi, bagaimana memori publik yang ingat dan suka kepada Anies ini terus dirawat, tentu dengan adanya ormas (Ornop Anies).

“Dengan ormas (Ornop), Anies juga bisa membangun jaringan-jaringan politik yang tersebar di seluruh Indonesia, baik di provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, bahkan mungkin tingkat desa,” imbuhnya.

Karena tentu saja Anies itu tidak bisa hanya melulu mengandalkan undangan dari satu seminar ke seminar yang lain untuk menjaga eksistensi politiknya.

Selain itu, tentu saja Anies tidak bisa hanya mengandalkan eksposur pemberitaan-pemberitaan di media ataupun hanya mengandalkan update-update status yang ada di media sosial yang dimiliki oleh Anies. Karena daya jangkaunya, penunjukkan eksistensinya itu tidak terlampau signifikan.

“Ingat loh ada sekitar 40 persen masyarakat kita di Indonesia, itu yang masih belum terjangkau dengan dahsyatnya media sosial ataupun media mainstream,” tuturnya.

 Jadi dalam konteks itulah. kemudian menurut Adi Pray ormas (ornop) itu menjadi penting sebagai instrumen bagaimana Anies itu membangun jejaring politik.

Menyampaikan gagasan dan visi besarnya, terkait dengan bagaimana Anies itu punya style membangun Indonesia itu semakin mantap di masa-masa yang akan datang.

“Itulah yang saya sebut tujuan utamanya adalah untuk menjaga eksistensi dan merawat stamina politik Anies di kemudian hari sebagai bekal untuk maju pilpres di 2029,” tandasnya.

Nah yang kedua, demikian lanjut Adi Pray, tentu saja ini sekaligus sebagai uji materi kepada Anies Baswedan yang katanya punya popularitas tinggi, punya elektabilitas tinggi, bahkan runner up waktu Pilpres 2024.

Artinya, ormas (ornop) ini secara otomatically akan membentuk organ-organ politik yang kemudian berjejaring dan selanjutnya akan dijadikan sebagai kaki-kaki politik Anies.

“Untuk merangkul, meyakinkan, dan mengonsolidasi pihak-pihak yang selama ini merasa memberikan dukungan politiknya kepada Anies,” imbuhnya.

Ornop Instrumen Uji Anies Diterima Publik

Ormas (ornop) itu menurut Adi Pray adalah satu instrumen untuk mengukur sejauh mana seseorang itu punya networking, kekuatan, daya adaptasi yang bisa diterima oleh publik.

Karenanya Anies yang katanya punya nama besar, populer, dan disukai oleh publik, bagi Adi Pray batu ujinya adalah dengan cara mendirikan organisasi sosial (non-pemerintah).

Yang tentu saja kalau betul ini Anies banyak pengikut dan banyak follower-nya pastinya secara perlahan publik akan berbondong-bondong dan memberikan dukungan politiknya kepada Anies.

Menurut Adi Pray, ini untuk menguji sehebat apa sebenarnya Anies dengan ormas (ornop) barunya. Anies dapat menunjukkan bisa eksis dan bisa hebat. Karena Anies selama ini dipersepsikan sebagai sosok yang kekuatannya melampaui partai-partai yang lain.

“Itulah yang saya sebut sebagai batu uji, apakah betul Anies itu memang hebat hingga pengikutnya yang katanya banyak itu, kemudian mau bergabung dengan ormas (ornop) yang dibentuk oleh Anies Baswedan nantinya,” tandasnya.

Atau jangan-jangan memang terkonfirmasi, bahwa Anies itu hebat elektabilitasnya tinggi, runner up di pilpres itu karena mesin politik partai politik.

Oleh karena itu, ormas (ornop) yang dibentuk oleh Anies tentu nantinya sebagai ukuran bagaimana kemurnian gerakan politik Anies Baswedan. Pihak-pihak yang selama ini memberikan dukungan politik kepada Anies bergabung di dalamnya.

“Inilah yang saya kira menjadi faktor kedua. kenapa Anies itu menjadi penting untuk mendirikan ormas (ornop) tertentu,” imbuhnya seraya menambahkan, sebagai uji materi kekuatan Anies Baswedan.

Tapi yang ketiga, demikian lanjut Adi Pray, kalau Anies memang sudah bikin ormas (ornop) dan kemudian banyak jejaring yang dibangun, banyak anggota yang bergabung, bukan tidak mungkin jelang pemilu di 2029 Anies bisa mendeklarasikan ormas ini sebagai partai politik peserta pemilu.

Anies tinggal mengumpulkan resource, mengumpulkan mesin-mesin politik, mengajukan bagaimana Anies itu dengan ormas (ornop) barunya terdaftar sebagai partai politik di Kemenkumham dan kemudian mendaftarkan diri ke KPU sebagai salah satu peserta pemilu di 2029.

“Itulah yang saya sebutkan ini adalah bekal bagi Anies, sekalipun tiket untuk maju di Pilpres 2029. Kalau partai baru embrio dari ormas yang dibuat oleh Anies ini establish, kemudian bisa ikut pemilu di 2029,” tandasnya.

“Ini adalah tiket yang mantap bagi Anies untuk bertanding dengan siapapun di pilpres nantinya. Bisa bertanding melawan Prabowo, Gibran, AHY, mungkin Puan Maharani atau siapapun nantinya yang bertanding di pilpres,” sambungnya.

Artinya, dengan ormas (ornop) baru ini yang kemudian bertransformasi jadi partai politik, syaratnya bisa ikut pemilu, maka Anies kata Adi Pray, itu bisa menantang siapapun calon-calon presiden di masa yang akan datang.

Karena dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang baru, partai politik yang bisa ikut pemilu baik dia tidak lolos ke parlemen atau baru ikut pemilu atau mereka yang sudah lama lolos ke parlemen, boleh mencalonkan diri sebagai calon presiden.

“Saya kira Anies kalau punya mimpi untuk menjadi pemimpin di Republik ini, merawat harapannya ingin jadi presiden di Republik ini, ormas (ornop) saya kira menjadi pilihan rasional bagi Anies untuk mengukur bagaimana kekuatan politiknya,” tandasnya.

Ormas (ornop) ini kemudian secara perlahan, lanjut Adi Pray, bisa dijadikan partai politik, kendaraan Anies untuk maju di pilpres atau misalnya dengan ormas (ornop) baru ini, Anies terus dijadikan sebagai tempat menunjukkan eksistensi dan kekuatan politiknya. Jejaring-jejaring politiknya terus dibina di mana-mana.

“Dan ini tentu bisa sebagai bargaining kepada partai politik yang tidak punya figur di pilpres sebagai pintu bagi Anies untuk mendapatkan dukungan dari partai,” imbuhnya.

Menurut Adi Pray, jadi banyak sekali gunanya sebenarnya, kalau Anies itu bikin ormas (ornop) baru. Oleh karena itu at the end misalnya, kalau Anies bisa bikin partai baru dengan ormasnya (ornop) ini, maka orang akan melihat Anies itu seperti apa nantinya kalau ikut bertanding di pilpres.

Menurut Adi Pray, kalau membaca survei-survei politik, termasuk survei yang sering dilakukan di Parameter Politik, orang yang merasa dekat dengan partai politik tertentu, orang yang merasa menjadi bagian dari partai politik tertentu, itu kurang lebih jumlahnya hanya 20 persen.

Artinya, demikian lanjut Adi Pray, secara umum rakyat kita itu alergi dengan partai, alergi dengan calon-calon yang diusung oleh partai politik. Kalau dengan begini logikanya, itu ada sekitar 80 persen masyarakat yang tidak terlampau suka dengan partai politik.

“Ada ceruk pemilih yang saya kira masih besar bisa dikapitalisasi oleh Anies sebagai sosok yang betul-betul misalnya dia punya harapan dan kesempatan untuk menang di pilpres yang akan datang,” imbuhnya.

“Inilah yang saya kira sekalipun misalnya ormas Anies ini baru, menjadi partai politik baru peserta pemilu di 2029, orang kan tutup mata di pilpres. bukan seberapa banyak dia didukung oleh partai, bukan seberapa panjang dia diusung oleh partai politik,” sambungnya.

Tapi publik melihat dalam kontestasi pilpres itu adalah figur-figur yang bertanding, tidak peduli partainya apa, warna ideologinya apa, dan tidak peduli bagaimana misalnya rekam jejak terkait dengan pembangunan partainya di masa lalu.

“Orang hanya melihat bagaimana sang calon yang bertanding nantinya di 2029 adalah mereka yang mampu meyakinkan punya harapan dan tentu punya penetrasi dan kaki-kaki politik yang cukup kuat di bawah,” tandasnya.

Anies Potensial Kembali Maju di Pilpres

Itulah yang kemudian membuat kenapa belakangan ini, jelas Adi Pray, desakan, saran, dan harapan supaya Anies segera membentuk ormas (ornop) baru diletakkan dalam konteks bahwa Anies ini, konon disebut sebagai orang yang cukup potensial.

Jadi syarat untuk menjadi pemimpin nasional sudah terpenuhi, populer dan pintar, sekolahnya bagus, mantan rektor, dan kemudian adalah aktivis HMI, dan seterusnya. Anies juga dinilai punya kekuatan, punya popularitas, dan elektabilitas tinggi.

“Kalau betul ini adanya, sayang kalau kemudian tidak diakomodir oleh Anies melalui satu organisasi, satu ormas (ornop) baru yang nantinya bisa menjadi partai politik sebagai kendaraan Anies untuk bertanding di pilpres-pilpres di masa yang akan datang,” imbuhnya.

Artinya apa? Secara bekal politik, menurut Adi Pray Anies itu sudah punya bekal melampaui yang lain, yang sejak lama sudah ingin maju dalam kontestasi di pilpres.

“Makanya saya selalu mengatakan, Anies kalah pilpres baru sekali. Belajarlah dari Prabowo Subianto yang berulang-ulang dan bahkan bermimpi ingin jadi presiden sejak 2004,” imbuhnya.

Prabowo ingin jadi presiden, demikian lanjut Adi Pray, ikut konvensi Golkar 2004 kalah, kemudian maju pilpres dengan Megawati sebagai calon wakil kalah, kemudian 2014, dan 2019 kalah. Baru kemudian di 2024 takdir Tuhan membuat Prabowo Subianto terpilih sebagai presiden Republik Indonesia.

Jadi, Anies itu segera bikin ormas (ornop) baru sebagai alat untuk menunjukkan bagaimana eksistensi Anies di politik nasional, sebagai bargaining dan tentu sebagai instrumen kendaraan-kendaraan sebagai bekal untuk Anies maju dalam pilpres-pilpres di masa yang akan datang.

Anies bisa tunjukkan ke orang, sekalipun hanya partai baru ataupun ormas baru, tapi kekuatan Anies itu bisa melampaui figur-figur yang muncul dari partai politik.

“Karena kita tahu biasanya kalau jelang pilpres, orang itu akan head to head, calon dari partai, calon dari profesional, dan calon dari kalangan menteri, Itu pasti akan diiris kira-kira siapa yang kuat dan siapa yang lemah,” imbuhnya.

Selama ini, beber Adi Pray, calon-calon yang muncul dari partai politik itu dipersepsikan tidak punya kekuatan politik apapun.

Kalah dengan mereka yang calon presiden dari kalangan profesional ataupun kalangan dari menteri ataupun pejabat-pejabat publik yang lain.

“Meski kita tahu sejak 2004 sampai hari ini yang jadi presiden Republik Indonesia adalah mereka yang menjadi kader murni dan kader tulen partai politik tertentu,” imbuhnya.

Itu artinya, bahwa sebenarnya ada figur calon presiden yang katanya itu besar tidak melalui kaderisasi di partai, “Kalau kita melihat hasil pemilu ke pemilu, pemilu 2004, 2009, 2014, 2019, dan 2024 itu tidak terkonfirmasi,” imbuhnya.

Artinya apa? Sampai hari ini yang jadi presiden di Republik Indonesia, jelas Adi Pray, adalah mereka yang terkonfirmasi sebagai orang-orang yang kemudian tumbuh besar mendirikan partai.

“Berjuang bersama partai dan terpilih sebagai presiden bersama partai politik yang telah didirikan dan dibesarkannya,” demikian Adi Pray.