
Kalah besar melawan Aussie pasti bikin kecewa. Tapi tunggu dulu jangan dilupakan, banyak lho yang harus mendapatkan perhatian, ya kompetisi, pembinaan usia muda, kepelatihan, sarana dan prasarana, dan lain-lain.
Kalau mau dirangkum sederhana pertandingan kemarin kira-kira seperti ini. Melawan Aussie, serupa dengan melawan China, kita menyerang. Hasilnya kalah. Pelatih Aussie pasti sudah mempelajari saat kita kalah di China, sehingga dia menyiapkan taktik serangan balik.
Jika tak salah ingat, empat gol oleh Aussie datang dari serangan balik. Satu langsung menghasilkan gol, satu menghasilkan penalti lalu gol, dan dua menghasilkan tendangan pojok untuk kemudian disundul dan gol.
Mestinya ini akan dievaluasi oleh tim.
Lalu bagaimana dengan penggemar sepakbola? Ini yang penting sebenarnya, yakni tidak memberi beban berlebih pada tim. Media dan penggemar harus menahan diri dari rasa percaya diri yang berlebih. Sebelum kick-off melawab Aussie, euforia dan percaya diri kelihatan menggunung. Ini sangat membebani tim.
Rasanya tak perlu juga teriak pelatih out, Erick out. Memangnya kalau mereka out lalu berubah instan? Bahwa pergantian pelatih dari STY ke PK dianggap keliru dilihat dari hasil kemarin, ya sudah, ini bagian dari perjalanan, semua belajar. Kita belum pernah ada di kualifikasi fase ini. Jadi kita ini anak kemarin sore untuk ukuran fase ini.
Saya tergolong aliran yang tak mau bereaksi berlebihan. Saya tak pernah bilang STY out, juga sekarang PK atau Erick out. Saya tahan ekspektasi, supaya jika hasilnya tak sesuai harapan, tak terlalu kecewa, dan sadar bahwa sepakbola kita masih jauh kualitasnya, terus memberi support menguatkan, konstruktif, dan tak membebani berlebih
Kira-kira, back to basic lah yau. Membumi, berharap, berdoa, dukung konstruktif.
Sekian, tetap semangat Timnas
Firman Rosjadi, anak bangsa Indonesia