YOGYAKARTA – Keakraban Anies Baswedan dan Ahok akhir-akhir ini menjadi perhatian publik. Banyak pihak merespons positif hubungan dua tokoh yang pernah berkompetisi pada Pilgub Jakarta 2017 tersebut. Namun, di sisi lain, ada pula yang nyinyir atau setidaknya menganggap keakraban keduanya didasari oleh keuntungan dan kerugian masing-masing pihak.
Pandangan ini diulas dalam YouTube Cokro TV berjudul "PERSATUAN ANIES-AHOK, SIAPA UNTUNG & SIAPA BUNTUNG?". Dalam video berdurasi 9 menit 28 detik itu, Anies digambarkan sebagai sosok oportunis, sementara Ahok disebut sebagai pihak yang dikorbankan.
Menanggapi hal tersebut, pengamat politik Assoc. Prof. Dr. Khamim Zarkasih Putro, M.Si., menyatakan bahwa opini yang disampaikan dalam video itu tidak sepenuhnya tepat.
"Kalau saya sebagai orang yang banyak melihat dinamika perpolitikan nasional, saya tidak pernah melihat arah politik yang dilakukan Anies Baswedan penuh kebencian atau balas dendam. Itu narasi yang bukan menjadi kebiasaan atau arah politik Anies Baswedan," jelasnya saat dihubungi Minggu, 5 Januari 2025.
Khamim juga menambahkan bahwa jika keakraban Anies dan Ahok dianggap muncul karena adanya common enemy atau musuh bersama—dalam hal ini Jokowi—hal tersebut bisa jadi benar, tetapi juga tidak sepenuhnya demikian. "Ada keinginan untuk melihat Indonesia ke depan menjadi lebih baik," katanya.
Dosen Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta itu menjelaskan bahwa potensi-potensi keumatan dan kebangsaan yang sudah tertata dengan baik akan lebih strategis jika dilakukan melalui sinergi atau kolaborasi.
"Dan itu merupakan eksperimen pertama (kedekatan Anies dan Ahok/PDIP) yang dilakukan pada Pilgub Jakarta 2024 lalu, dan ternyata membuahkan hasil yang menggembirakan," ungkapnya.
Khamim juga menegaskan bahwa dalam relasi Anies dan Ahok, tidak ada pihak yang saling mengorbankan. Kolaborasi ini dilakukan demi kebersamaan, introspeksi, dan mawas diri.
"Termasuk juga, barangkali, ketika kita bicara tentang politik balas dendam, itu mungkin dilakukan oleh pihak yang sekian lama menyerang Mas Anies," tuturnya.
"Setahu saya, Mas Anies dalam politik selalu merangkul bersama, membawa Indonesia ke depan lebih baik, dan mengoptimalkan potensi yang ada. Eksperimen itu pun telah dilakukan di Pilgub Jakarta 2024 kemarin," paparnya.
Menurutnya, jika Indonesia ingin maju, narasi media perlu diarahkan untuk membentuk masyarakat yang kritis.
"Itu adalah sesuatu yang indah. Artinya, masyarakat mampu melihat realitas yang ada dan menganalisis kenapa Indonesia selama ini tidak bisa bangkit dari keterpurukan," pungkasnya.