Pesona Batik Dolly, Lebih dari Sekadar Kain
Rektor Petra Christian University (tengah, batik coklat) saat mencoba langsung canting cap berbahan daur ulang

SURABAYA– Petra Christian University (PCU) Surabaya, telah berhasil menghidupkan kembali eks lokalisasi Dolly melalui program unggulan bertajuk “Penguatan Industri Rumah Tangga dan Usaha Mikro (IRT-UM) Batik Berbasis Kemitraan: Strategi Pemberdayaan Perempuan di Eks Lokalisasi Dolly” yang didanai oleh Kedaireka Kemenristekdikti.

Pesona Batik Dolly, merupakan persembahan acara hasil dari program unggulan itu. Digelar pada 8 Desember 2024 jam 10.00-12.00 WIB di Pasar Burung Dolly, sejumlah kegiatan tersaji dengan apiknya mulai pameran, mini workshop, fashion show hingga launching DompetNgedol.ly. 

Pamerannya dimeriahkan dengan pameran berbagai motif canting cap ramah lingkungan berbahan karton Duplex lengkap dengan hasil inovasi produk batik motif khas kampung Dolly. Proyek ini menggandeng dua mitra utama yang ada di Eks Lokalisasi Dolly, yaitu Yora Collection dan Gen's Craft. Kedua mitra tersebut beberapa waktu terakhir menghadapi tantangan seperti keterbatasan alat produksi, strategi pemasaran yang belum maksimal, serta pengelolaan keuangan yang belum optimal. 

“Antusias para peserta pelatihan canting cap ramah lingkungan ini sangat tinggi. Bahkan bapak-bapak juga ikut tertarik membuat bersama istrinya motif yang baru dari canting bahan karton Duplex itu. Tercatat ada 80 kain batik dan mampu menghasilkan 20-25 motif batik baru khas kampung Dolly hanya dalam kurang lebih sebulan,” tambah Dr. Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom., ketua program sekaligus dosen program studi DKV PCU. 

Berbagai motif batik baru lahir. Misalnya seperti “Batik Dollyptera” (yang digambarkan dengan kupu-lupu sebagai simbol transformasi dan kolaborasi Dolly dan Petra), “Batik Tandur Anggur” (yang digambarkan dengan berbagai variasi pertumbuhan anggur mulai batang, daun sampai dengan berbuah lebat yang menunjukkan proses transformasi sosial yang dialami warga Dolly), “Batik Keluakmaniak” dan “Batik Cincaumani” (yang menceritakan kuliner khas Dolly, seperti rawon Dolly dan es cincau), “Batik Ramahanak” (yang menggambarkan situasi terkini Kampung Dolly yang ramah terhadap pertumbuhan anak-anak), serta “Batik DD atau Dolly Disel” (sebagai pengingat atau mengenang Kampung Dolly yang dahulu dikenal sebagai kampung diesel-mesin pembangkit tenaga listrik untuk menyalakan lampu di rumah-rumah warga). 

Tak hanya itu, besok (8/12) juga akan dilakukan peluncuran Aplikasi Keuangan Digital DompetNgedol.ly, sebuah aplikasi keuangan digital yang khusus dirancang untuk membantu para pengrajin batik di eks-lokalisasi Dolly dalam mengelola keuangan usaha mereka secara lebih efisien dan transparan. Pelatihan ini sudah diberikan beberapa waktu lalu oleh Mariana Ing Malelak, S.E., M.SM., M.Rech., dan Adelina Proboyo, S.E., MBA., yang masih satu tim dengan Nindy.

Selama ini, ternyata pencatatan keuangan usaha kedua mitra utama tidak menggunakan pencatatan sama sekali. “Jadi hanya mengandalkan ingatan saja dan bahkan tak jarang uangnya tercampur dengan keuangan pribadi rumah tangga,” tambah Mariana. 

Nama aplikasi DompetNgedol.ly memiliki makna yang dalam dan khas. Istilah "Dolly" diambil dari nama wilayah eks-lokalisasi tersebut, yang kini sedang dalam proses pemulihan ekonomi dan sosial. Sementara itu, kata "ngedoli" berasal dari Bahasa Jawa yang berarti “menjual” atau “berjualan”. Kombinasi kedua kata ini mencerminkan tujuan aplikasi untuk mendukung para pelaku usaha dalam meningkatkan kegiatan jual beli mereka secara lebih terorganisir dan transparan.

Acara semakin seru saat di Pesona Batik Dolly yang digarap oleh Yohan Gunawan Henuk, S.E., M.M., ini menampilkan rangkaian pemasaran yang sudah dilakukan beberapa bulan lalu. Dimeriahkan dengan fashion show 80 kain yang sudah dihasilkan. Kurang lebih 25 kain batik di-styling dengan apiknya dan dibawakan oleh para warga. Selain itu, kain batik lainnya juga digunakan seragam oleh para peserta pelatihan kemudian sisanya dipamerkan dalam booth.

Semakin semarak dengan adanya mini workshop proses pembuatan canting cap ramah lingkungan sampai aplikasinya di atas selembar kain sebagai upaya mengenalkan dan memasarkan produk-produk batik khas Kampung Dolly. 

Aniendya Christianna yang akrab dipanggil Nindy menambahkan kegiatan ini sejalan dengan visi pemerintah Kota Surabaya dalam mentransformasi kawasan Putat Jaya menjadi pusat ekonomi kreatif yang berbasis seni dan budaya. “Jadi semoga kegiatan yang melibatkan kolaborasi aktif antara tim dosen lintas prodi di PCU, mahasiswa, dan masyarakat RW 12 Putat Jaya ini diharapkan dapat menciptakan model usaha mandiri yang berkelanjutan, memperkuat peran perempuan dalam ekonomi lokal, serta memperluas jangkauan pasar produk batik,” katanya.

Tim dosen Petra Christian University lintas program studi yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari Dr. Aniendya Christianna, S.Sn., M.Med.Kom., (Ketua Tim - DKV), Adelina Proboyo, S.E., MBA., (Anggota - IBM), Mariana Ing Malelak, S.E., M.SM., M.Rech., (Anggota - Finance and Investment), dan Yohan Gunawan Henuk, S.E., M.M., (Anggota - Branding and Digital Media).

Mari bersama mendukung langkah transformasi kawasan Dolly menjadi pusat ekonomi kreatif yang memberdayakan dan berkelanjutan! GUYUB RUKUN MBANGUN KAMPUNG!