
Foto: istimewa
TANGERANG – Gedung Menara Syariah dipenuhi wajah-wajah antusias dari berbagai penjuru Asia Tenggara. Di sinilah, simposium Menara Syariah & INCEIF University Symposium (MSIUS) kembali digelar dan menjadi ruang dialog, kolaborasi, dan pernyataan sikap bahwa ekonomi Islam bukan sekadar konsep, melainkan gerakan nyata menuju masa depan yang lebih adil dan berkelanjutan.
MSIUS II merupakan kelanjutan dari simposium perdana pada 2024 yang sukses mempertemukan regulator, akademisi, hingga pelaku industri keuangan Islam.
Tahun ini, diskusi meluas, menyentuh tema-tema strategis seperti integrasi ekonomi syariah ke dalam pembangunan nasional, sinergi sektor riil, inovasi wakaf, hingga digitalisasi sistem keuangan Islam.
Di tengah diskusi penuh semangat, suara teduh Anwar Abbas, tokoh Muhammadiyah sekaligus Ketua Pengurus Pusat periode 2015–2020, memberikan penegasan akan misi besar ekonomi syariah.
Bagi Buya Anwar, sapaan akrabnya, simposium ini menjadi bagian penting dari kerja panjang untuk memperluas manfaat ekonomi Islam ke seluruh lapisan masyarakat.
“Hari ini kita bicara tentang bagaimana caranya agar zakat, infak, sedekah, dan wakaf bisa difungsikan secara baik sehingga bisa berkontribusi dalam memeriahkan ekonomi rakyat dan ekonomi umat. Dengan begitu, akan terjadi mobilitas vertikal,” katanya usai kegiatan pada Senin (4/8).
Ia melanjutkan, sistem ekonomi Islam memiliki daya dorong sosial yang kuat, mampu mengangkat mereka yang berada di lapisan bawah menuju kelas menengah.
“Mereka-mereka yang tadi ada di lapis bawah bisa melakukan mobil vertikal ke lapis kelas menengah. Sehingga dengan demikian kita perkirakan kelas menengah akan membesar dan daya beli masyarakat meningkat,” ujarnya.
Namun, baginya, inti dari semua ini tetaplah keadilan sosial. “Bagaimana caranya supaya tidak ada lagi warga kita yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya. Artinya jangan lagi ada dari kita orang yang fakir dan miskin. Kalau ada, maka wajiblah kita secara bersama-sama untuk membantu,” ucapnya.
Tak hanya dari sisi moralitas, optimisme juga datang dari data dan tren. Wakil Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI), Bob Tyasika Ananta, mencatat peningkatan signifikan dalam literasi keuangan syariah dalam dua hingga tiga tahun terakhir.
“Sekitar 2–3 tahun terakhir kita fokusnya adalah meningkatkan literasi keuangan syariah. Jadi membikin masyarakat itu paham mengenai keuangan syariah. Sekarang peningkatannya 2 tahun terakhir itu cukup signifikan,” tutur Bob.
Bagi Bob, pemahaman yang tumbuh di tengah masyarakat menjadi fondasi penting untuk menciptakan sistem keuangan yang inklusif dan berkelanjutan.
Simposium ini sendiri tak hanya menjadi tempat bertukar gagasan, tetapi juga memperkuat posisi Menara Syariah PIK 2 sebagai pusat pengembangan literasi syariah dan pemikiran ekonomi Islam.
Dengan kehadiran berbagai tokoh dan institusi terkemuka, MSIUS II menjadi batu loncatan untuk membawa Indonesia lebih dekat pada mimpinya: menjadi poros utama ekonomi Islam dunia.