
Tol Kataraja | Foto: istimewa
JAKARTA - Kinerja PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) diprediksi akan terdorong oleh katalis positif dari pembukaan simpang Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg–Balaraja (Kataraja) yang akan segera beroperasi. Infrastruktur baru ini akan menjadi gerbang utama menuju kawasan PIK 2.
Analis PT Trimegah Sekuritas Indonesia Kharel Devin Fielin menilai kehadiran Tol Kataraja akan mendorong arus pengunjung, baik dari dalam negeri maupun mancanegara, sekaligus meningkatkan aktivitas ekonomi sekitar.
“Sebagai gerbang menuju kawasan PIK 2, pengembangan proyek konektivitas tersebut diharapkan berdampak positif terhadap prospek prapenjualan (pre-sales) dan kinerja keuangan PANI,” jelas Kharel.
Ia memperkirakan prapenjualan PANI akan mencapai Rp 9 triliun pada 2026 dan meningkat menjadi Rp 10,8 triliun pada 2027, seiring dukungan Tol Kataraja Fase 1.
Di luar konektivitas, Kharel juga menyoroti dukungan dari fasilitas komersial di kawasan PIK 2, termasuk pusat hiburan, tempat ibadah, serta gedung perkantoran bank-bank besar seperti BCA, Mandiri, dan BNI yang akan menjadi penopang tambahan permintaan properti.
“Dari sisi makro ekonomi, kami memperkirakan, kebijakan mengenai kelanjutan tarif resiprokal Trump akan semakin menemui titik terang dan suku bunga BI akan menurun dari level saat ini 5,5% menuju 5,0% pada akhir 2025 dan 4,5% pada akhir 2026. Kedua faktor tersebut akan mendukung momentum perbaikan ekonomi dan melanjutkan permintaan sektor properti,” tambahnya.
Dengan pertimbangan tersebut, Kharel mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PANI dengan target harga Rp 25.075 per saham, yang mencerminkan potensi kenaikan sebesar 59%. Saat ini, saham PANI berada di level Rp 16.150 per saham.
Namun untuk tahun 2025, Trimegah memangkas proyeksi prapenjualan PANI dari Rp 7,5 triliun menjadi Rp 5,3 triliun karena lemahnya realisasi pada semester pertama. Faktor penyebabnya termasuk tekanan makroekonomi, ketidakpastian tarif Trump, serta tingginya suku bunga.
Akibatnya, laba bersih PANI pada 2025 diperkirakan turun menjadi Rp 755 miliar dari proyeksi semula Rp 1,1 triliun. Penurunan ini juga dipicu keterlambatan serah terima unit saat libur panjang Idulfitri dan Iduladha, serta adanya pajak satu kali sebesar Rp 53 miliar akibat pencatatan saham CBDK di Bursa Efek Indonesia.
Meski begitu, Kharel optimistis kinerja keuangan PANI akan pulih. Laba bersih 2026 diprediksi naik menjadi Rp 1,6 triliun dan mencapai Rp 2 triliun pada 2027.
“Revisi naik ini mencerminkan normalisasi proses serah terima setelah terjadinya keterlambatan pada 2025 dan margin yang lebih kuat didukung oleh kenaikan nilai lahan di kawasan PIK 2,” tandas Kharel.