Apakah Anies Baswedan perlu maju ke pemilihan gubernur (pilgub) Jakarta pada November 2024 mendatang atau mengambil opsi-opsi lainnya?
Mari kita bandingkan secara impact untuk bangsa dan negara: Menjadi Gubernur Jakarta Anies akan mengendalikan hampir 60 ribu PNS di bawah Pemprov Jakarta, anggaran 70-80 triliun per tahun, yang wewenangnya memengaruhi secara khusus 10 juta warga Jakarta dan secara umum 30 juta warga megapolitan Jakarta Raya (Jabodetabek) bahkan Indonesia (misalnya melalui kerjasama pasokan pangan antarprovinsi dan lain-lain), wilayah yang berkontribusi terhadap bagian terbesar perekonomian dan pusat bisnis Indonesia, menjadi highlight Indonesia bahkan dunia internasional.
Sementara kalau Anies menjadi rektor dan akademisi kampus besar mengendalikan 300 dosen tetap plus karyawan tendik, anggaran 200 milyar per tahun, yang wewenangnya memengaruhi 10 ribuan mahasiswa aktif plus publikasi Scopus.
Keduanya amanah yang bagus. Amanah yang bermanfaat bagi banyak orang. Namun, jelas ketika diperbandingkan menjadi gubernur Jakarta jauh lebih strategis. Apalagi setelah Jakarta tidak lagi menjadi ibu kota, Undang-undang nomor 2 tahun 2024 tentang Provinsi Daerah Khusus Jakarta, Jakarta diproyeksikan menjadi pusat perekonomian nasional dan kota global.
Eksposure dan rekam jejak Anies Baswedan yang sangat baik dan prima di ranah internasional dan ekonomi selama ini sangat pas memimpin Jakarta yang diproyeksikan menjadi pusat perekonomian nasional dan kota global. Sekaligus melanjutkan kepemimpinannya—yang walaupun terhambat pandemi Covid-19—selama dua tahun, sangat banyak perubahan (change) dalam keberlanjutan (sustainability) yang telah dilakukan doktor dari Department of Political Science Northern Illinois University, Amerika Serikat itu untuk Jakarta.
Selain itu, impact yang lebih besar bagi kebhinekaan dan rekonsiliasi nasional dapat diharapkan jika Anies memimpin Jakarta.
Berbeda dengan yang dipersepsikan kalau Anies itu intoleran, rekam jejak Anies selama memimpin Jakarta lima tahun penuh di periode pertama justru berkata sebaliknya. Pernyataan harus gugur jika tidak sesuai dengan kenyataan. Begitu yang pernah dikatakan Anies kepada penulis.
Faktanya, selama menjadi Gubernur Jakarta 2017-2022 Anies Rasyid Baswedan memberikan IMB kepada 55 tempat ibadah selama 2017- 2022, terdiri dari 3 vihara/kuil, 19 masjid, dan 33 gereja. IMB yang dikeluarkan Pak Anies ini termasuk dengan gereja-gereja yang puluhan tahun IMB-nya tak berhasil keluar, yakni Gereja Katolik Damai Kristus yang akhirnya mendapatkan IMB setelah menunggu 35 tahun, Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Pelita yang mendapatkan IMB setelah menunggu selama 40 tahun, dan Kuil Umat Hindu Etnis India Tamil yang akhirnya mendapatkan IMB setelah 65 tahun.
Pertama dalam sejarah Jakarta pula, hanya di era Anies, lagu-lagu suka cita Natal ditampilkan di ruang-ruang publik Jakarta secara terbuka dalam event Christmas Carol: mulai dari stasiun MRT hingga Bundaran HI. Begitu pula bantuan operasional tempat ibadah (BOTI) juga diberikan kepada 1300-an lebih gereja di seluruh Jakarta bersama-sama dengan tempat-tempat ibadah lainnya.
Suasana Jakarta teduh dan damai dalam arti sejatinya selama dipimpin Anies Baswedan. Tak heran jika atas peran Anies itu, salah satu pimpinan perhimpunan aras (denominasi) gereja Kristen di Jakarta pernah berucap, “Kami berutang kepada Anies Baswedan!”
Freddy Mutiara, akademisi dan jurnalis di Surabaya, dibaptis di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jakarta.