Biar Harga Cabai tak Sepedas Rasanya
Pemprov DKI Jakarta melakukan penyediaan dan pendistribusian bahan pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, yakni� penerima Kartu Jakarta Pintar Plus, Kartu Lansia Jakarta, dan Kartu Penyandang Disabilitas. Targetnya mencapai 1,1 juta jiwa. | Foto: Istim

Beni Kusuma, urban explorer

Tahun baru selalu datang dan juga kerap membuat gerutu di hati. Musababnya kita tahu, meski tidak ikut merayakan hari pergantian tahun misalnya dengan mengadakan pesta makan-makan tapi hampir semua orang kena imbasnya dengan kenaikan harga-harga komoditas pangan. Telur ikut naik. Cabai juga begitu. Bukan hanya rasanya, harganya pun terasa pedas. 

Tentu yang kita pahami, harga-harga ini merangkak naik karena permintaan yang melonjak. Banyak di antara saudara-saudara kita yang merayakan Natal dan pergantian tahun. Juga dengan tempat-tempat restoran yang menyajikan stok lebih banyak untuk pelanggannya yang ingin melewatkan pergantian tahun dengan mengudap sajian istimewa. Sesuai dengan hukum ekonomi, harga naik ketika permintaan meningkat. Hal yang sama terjadi ketika Lebaran.

Satu hal yang melegakan, secara umum kenaikannya tidak setinggi tahun-tahun sebelumnya. Demikian yang disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Suharini Eliawati menjelaskan penyebab naiknya harga sejumlah komoditas tersebut, 9 Desember 2002, lalu melalui keterangan tertulis yang banyak dikutip media.

Meski demikian, upaya keras dari pemerintah -- termasuk dengan pemerintahan provinsi DKI Jakarta, adalah tetap memastikan stok pangan tetap terjaga. Tindakan ini juga merupakan upaya untuk ikut mengendalikan harga agar tidak kemudian terus melonjak karena kekurangan yang terjadi di pasar. Sehingga tidak menimbulkan dampak pada masyarakat kecil.

Untuk itu, pihak Pemprov DKI Jakarta melakukan penyediaan dan pendistribusian bahan pangan bagi kelompok masyarakat tertentu, yakni  penerima Kartu Jakarta Pintar Plus, Kartu Lansia Jakarta, dan Kartu Penyandang Disabilitas. Targetnya mencapai 1,1 juta jiwa.

Untuk satu paket pangan yakni berupa beras 5 kilogram, daging sapi 1 kilogram, daging ayam 1 kilogram, telur 1 tray, susu 24 kotak, dan ikan kembung 1 kilogram. Paket dengan selengkap itu, bisa didapatkan dengan merogoh kocek sebesar Rp126 ribu.

Harga yang tentu jauh lebih murah dari yang didapatkan di pasar yang bisa mencapai dua hingga tiga kali lipatnya. Paket ini bisa disediakan Pemprov melalui kegiatan bazar atau pasar murah keliling yang diselenggarakan di Kantor Wali Kota/Bupati Administrasi, Kecamatan, Kelurahan, dan berbagai rumah susun (rusun). Syaratnya, pembeli merupakan penerima Kartu Jakarta Pintar Plus, Kartu Lansia Jakarta, dan Kartu Penyandang Disabilitas.

Selain itu, Pemprov juga menyediakan bahan pangan dalam bentuk paket sehingga harga menjadi lebih ekonomis yang bisa didapat di Gerai Pangan Pasar Jaya. Ada pula pendistribusian beras medium KPSH (Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga) kepada pedagang seharga Rp8.900/kilogram.

Gairahkan Kembali Warung Hidup

Namun, yang menarik, upaya Pempov dalam pemenuhan kebutuhan komoditas pangan juga dilakukan dengan mendorong warga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Cara yang dilakukan, membuat “warung hidup” – istilah yang dikenal beberapa dekade lalu.

Dengan memanfaatkan lahan yang tersedia di halaman rumah dengan menanami berbagai tanaman yang bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari di dapur. Di antaranya, cabai – yang harganya kurang bersahabat akhir-akhir ini.

Berdasarkan data harga di Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, dalam awal pekan ini berbagai jenis cabai mengalami kenaikan harga. Misalnya cabai rawit merah naik sebesar 11 persen atau Rp5.300. Sehingga semula harganya Rp48.200 menjadi Rp53.500 per kilogram.

Cabai merah keriting pun naik Rp1.700 atau sekitar 4,91 persen. Harga per kilogramnya, menjadi Rp36.300 per kilogramnya. Sedangkan harga cabai merah besar naik Rp1.200 (3,37 persen) menjadi Rp36.800 per kg.

Banyak sebab yang membuat harga ini melonjak. Menurut Kepala Dinas KPKP DKI Jakarta, Suharini Eliawati, menyebutkan faktor permintaan yang meningkat. Maklumlah, orang Indonesia teramat menyukai masakan dengan rasa pedas. Kecuali kue-kue, penganan di negeri didominasi oleh rasa pedas yang mengundang selera. Tidak mengherankan, harga komoditas ini sering naik.

Faktor penyebab kenaikan lainnya juga disebabkan kenaikan harga produksi. Kenaikan harga belakangan ini dipicu oleh datangnya musim hujan yang menyebabkan peningkatan biaya ongkos petik dan biaya pemeliharaan agar tanaman terhindari dari serangan hama penyakit.

Menanam cabe tidak sulit. Tanaman dengan nama latin capsicum ini bisa tumbuh dengan mudah di lahan yang tidak luas. Selain itu masa panennya juga terbilang cepat yakni mencapai dua bulan. Dengan pemanfaatan lahan yang ada, sebenarnya kebutuhan si pedas untuk konsumsi sehari-hari bisa terpenuhi dengan menanam sendiri tanaman ini di sekitar rumah.

Untuk itu, Pemprov DKI sejak lama memiliki program berupa pertanian berbasis ruang. Hal ini merupakan salah satu solusi karena keterbatasan lahan produksi pangan. Istilah yang ramai dibicarakan untuk pertanian seperti ini kerap disebut urban farming.

Ada tujuh ruang, yang ditetapkan Pemprov sebagai lahan pertanian dengan memanfaatkan ruang yang ada. Yaitu, masing-masing berupa lahan yang terdapat di rumah susun, lahan kosong, lahan pekarangan dan gang perkampungan, sekolah, gedung, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), dan lahan laut.

Berbagai kegiatan pendukung juga dilakukan Pemprov demi kelangsungan pemanfaatan lahan kosong ini. Selain informasi cara bercocok tanam di lahan terbatas juga melakukan penyaluran bibit-bibit tanaman produktif, termasuk cabai si pedas yang disukai banyak orang.  Hingga  6 Desember 2022 lalu, jumlah bibit yang telah disalurkan telah mencapai 3.100.940.

Untuk mendapatkan bibit-bibit itu juga tiada sulit. Masyarakat Jakarta dapat mengajukan permohonan bibit tanaman secara pribadi maupun kelompok dengan cara online. Cukup buka dari telepon seluler, openstreetmap.id/dkpkp. Bisa juga dengan mendatangi 14 lokasi kebun bibit dan Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang ada di DKI Jakarta dengan gratis. Syaratnya, cukup datang langsung ke lokasi kebun bibit dengan membawa foto kopi KTP atau kartu keluarga.

Lokasi kebun bibit itu terdapat di Jakarta Utara – masing-masing di Kebun Bibit Kamal Muara , Kebun Bibit Cengkareng, Kebun Bibit Sukapura (Cilincing). Sedangkan di timur Jakarta di Kebun Bibit Ujung Menteng (Cakung) dan Kebun Bibit Sawah Abadi (Cakung ), Kebun Bibit Condet (Condet).

Di Jakarta Selatan terdapat di Kebun Bibit Ragunan (Pasar Minggu), Kebun Bibit Lebak Bulus (Cilandak ), Kebun Bibit Kelapa Dua Wetan, Kebun Tanaman Obat Keluarga  (Munjul), dan Kebun Bibit Cibubur.

Kemudahan telah disediakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Ayo mulai segera bercocok tanam dengan penuh suka ria. Dengan cara perawatannya yang baik, tanaman-tanaman itu tentu akan membuahkan hasil yang menyenangkan. Termasuk dalam pemenuhan kebutuhan akan cabai untuk sehari-hari.

Dengan begitu meski di pasaran harganya terus melonjak toh kita bisa menikmatinya dengan harga yang tidaklah pedas. Justru sebaliknya, terasa manis karena hanya perlu untuk memetik sendiri di rumah. (*)