Menghargai Perempuan: Mengatasi Kekerasan Seksual dan Mengubah Pandangan Masyarakat
KBA News

 Suatu hari saya pernah berbincang dengan teman saya yang seorang perempuan. Beliau bercerita tentang pengalamannya yang sering menggunakan transportasi umum. Lalu dia berkata bahwa sering sekali dia mengalami peristiwa catcalling, yang berarti perilaku pelecehan seksual secara verbal yang dilakukan di ruangan publik. Seperti contohnya “Hai cewek…kiw kiw…” atau “Mau kemana sih neng sendirian aja nih, sini dong sama abang” dengan nada merayu.

Lalu saya prihatin dan saya menyampaikan bahwa saya merasa kasihan sekali kepada dia. Dan jawaban beliau adalah “tidak apa apa, saya sudah biasa”. Jawaban tersebut membuat saya lebih sedih lagi. Bagaimana ini, kekerasan seksual terhadap perempuan secara publik sudah terlalu marak hingga beberapa perempuan sudah terbiasa. Tidak seharusnya mereka merasa terbiasa dengan kekerasan seksual. Lalu apa solusinya? Apakah solusinya perempuan tidak boleh menggunakan transportasi umum?

Apakah solusinya perempuan harus berpakaian sangat menutup? Buktinya banyak kekerasan seksual yang terjadi terhadap perempuan yang berhijab dan menutup aurat. Seperti contohnya banyak perempuan yang dicabuli di pondok pesantren yang jelas jelas sudah pasti perempuan di pondok pesantren menutup auratnya. Solusinya adalah mengedukasi para laki laki untuk lebih menghormati perempuan.

Sudah ada datanya, menurut website Narasi, hasil studi survey dari perusahaan riset di Singapura, dikatakan bahwa Indonesia termasuk peringkat ke-2 negara paling berbahaya untuk perempuan di wilayah Asia Pasifik. Negara dengan mayoritas muslim ini menduduki peringkat ke-2 negara paling tidak aman untuk perempuan. Sudah seharusnya malu kita terhadap hal ini.

Dalam Islam pun, Nabi Muhammad sudah bersabda dan berwasiat dalam khutbah terakhirnya (wada’) sebelum beliau tutup usia. Beliau memberi wasiat yang berkata “Aku berwasiat pada kalian agar bersikap baiklah terhadap wanita.” yang mana kata kata tersebut diulang hingga tiga kali dalam khutbah tersebut. Jika nabi Muhammad sudah berkata seperti itu, masih mau kah kita berlaku misoginis dan tidak menghargai wanita?

Contoh contoh misoginis ini bisa dari suatu hal kecil seperti berkata “Ngapain kamu nangis, kayak perempuan aja cengeng!” perkataan ini sering ditujukan kepada anak kecil. Yang nantinya akan terpahat di pikiran mereka bahwa seorang laki laki tidak boleh lemah seperti perempuan, yang secara tidak langsung berkata bahwa perempuan adalah makhluk yang lebih lemah dari mereka, dan perilaku melihat rendah perempuan akan terbawa hingga mereka besar. Contoh misoginis dalam lingkup lebih besar adalah perbedaan gaji yang didapat antara pekerja laki laki dan perempuan, merendahkan ibu rumah tangga, menikahi perempuan hanya karena nafsu seksual dan melihat perempuan hanya sebagai objek seksual, melarang perempuan mempunyai karir yang lebih tinggi, dan masih banyak lagi.

Menghargai perempuan ini juga bentuk nasionalisme. Seperti yang disebutkan dalam sila ke-5, keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial yang diamanatkan oleh Pancasila menuntut perlakuan adil bagi seluruh warga negara, termasuk perempuan. Menghargai perempuan dengan dasar ini berarti memastikan bahwa mereka memiliki akses yang setara terhadap peluang pendidikan, pekerjaan, serta partisipasi dalam pengambilan keputusan.

Upaya untuk mengatasi kesenjangan gender adalah cerminan konkret dari nilai-nilai keadilan sosial dalam Pancasila. Janganlah kita lupa bahwa perempuan juga memilki peran besar dalam kemerdekaan Indonesia. Banyak pahlawan pahlawan perempuan yang tersebar di seluruh penjuru nusantara, yang berani meregang nyawa demi kemerdekaan Indonesia.

Percakapan saya dengan teman saya diatas mengungkap realita menyedihkan yang banyak dialami perempuan. Fakta bahwa banyak perempuan yang merasa sudah terbiasa dengan perlakuan seperti ini menunjukkan betapa banyak perempuan telah terbiasa dengan ketidaknyamanan ini. Kenyataan bahwa Indonesia termasuk peringkat kedua negara paling berbahaya bagi perempuan di wilayah Asia Pasifik adalah panggilan untuk melakukan perubahan.

Pandangan ini tidak sejalan dengan ajaran Islam yang mengajarkan untuk menghormati dan memperlakukan perempuan dengan baik. Pesan ini seharusnya menjadi panggilan untuk memerangi pandangan dan perilaku misoginis dalam masyarakat. Ketidaksetaraan gender dan perilaku misoginis juga menjadi hambatan yang menghalangi Indonesia dari mencapai potensi penuhnya. Menghargai perempuan bukan hanya masalah moral, tetapi juga kebijakan nasional yang berhubungan erat dengan pembangunan berkelanjutan.

Namun, solusi yang tepat tidaklah membatasi perempuan dalam beraktivitas atau mengubah cara berpakaian mereka. Solusi sejati melibatkan edukasi dan perubahan dalam pandangan masyarakat terhadap perempuan. Kesadaran akan hak-hak dan martabat perempuan harus menjadi bagian integral dari setiap individu, terutama pria, yang memiliki peran penting dalam membentuk budaya dan pandangan masyarakat. Ingatlah, Protect your daughter, educate your son.

01 September 2023

Thio Ahlan Shakura, Kolumnis, Koordinator Sahabat Anies Internasional (SAI), Korea Selatan