
Meski DKI (Daerah Khusus Ibukota) Jakarta telah berubah menjadi DKJ (Daerah Khusus Jakarta) melalui UU DKJ yang dikerjakan super kilat. Faktanya sampai hari ini Jakarta masih sebagai Ibukota Negara sampai terbitnya Keputusan Presiden tentang pindah Ibukota.
Tahun 2024 DKJ untuk pertama kalinya menggelar Pilkada. Jakarta masih menarik untuk diikuti. Bukan saja warga Jakarta melainkan menarik perhatian seluruh rakyat Indonesia. Jakarta masih dipandang sebagai pusat pergerakan ekonomi dan politik di Indonesia.
Terkadang orang menyebutnya Indonesia mini karena heterogennya penduduk Jakarta. Semua suku, agama, budaya dan bahasa ada di Jakarta. Dari Indonesia barat hingga ujung timur Indonesia berkumpul di Jakarta.
Jakarta kembali hangat dan menjadi pembicaraan kita semua. Semua mata, telinga dan percakapan tertuju ke satu titik, 27 November 2024. Pilkada serentak termasuk Jakarta.
Menurut survei ada dua nama yang selalu berada di posisi dekat Anies Baswedan di bursa Pilgub Jakarta 2024. Kedua nama itu Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan Ridwan Kamil alias Kang Emil.
Belum terpotret akan muncul nama lain sebagai pesaing kuat Anies Baswedan di Pilgub Jakarta selain Ahok dan Kang Emil. Anies Baswedan sendiri telah resmi dicalonkan oleh PKS dan Partai NasDem. PKB akan menyusul dalam waktu dekat.
Basuki Tjahaja Purnama merupakan calon potensial penantang Anies Baswedan. Peluang rematch antara Anies dan Ahok amat tergantung dengan partai apa PDIP bekerjasama untuk mengusung Ahok di Pilgub Jakarta.
Sebagaimana kita ketahui, berdasarkan hasil Pileg tahun 2024 kursi DPRD Jakarta yang diperoleh PDIP berjumlah 15 kursi. Sesuai syarat konstitusi, PDIP butuh 7 kursi lagi agar dapat mengusung Ahok yang telah menyatakan siap untuk berkontestasi di Pilgub Jakarta.
Peta politik Jakarta hari ini tak mudah bagi PDIP untuk mendapatkan tambahan minimal 7 kursi di DPRD Jakarta. Alasan inilah yang kabarnya membuat PDIP mulai realistis. Idealnya PDIP mengusung kadernya sendiri di Pilgub Jakarta. Setidaknya untuk calon wakil gubernur bila Ahok gagal mendapatkan tambahan untuk memenuhi kuota 20 persen.
Calon potensial yang kedua sebagai penantang Anies Baswedan adalah Ridwan Kamil atau Kang Emil. Sayangnya, RK dan Partai Golkar masih di persimpangan jalan Jakarta dan Jawa Barat.
Partai Golkar dan Koalisi Indonesia Maju belum ada kesepahaman apakah Ridwan Kamil di Jakarta atau Jawa Barat. Meski beberapa elit Partai Golkar lebih cenderung RK bertarung di Pilgub Jawa Barat.
Justru akhir-akhir ini PAN sebagai anggota Koalisi Indonesia Maju menawarkan duet Anies dan Zita Anjani, puterinya Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Manuver PAN ini dinilai sebagai pertanda makin menguatnya dukungan terhadap Anies Baswedan di Pilgub Jakarta.
Sebelumnya juga Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto menyodorkan pengusaha jalan tol, Jusuf Hamka atau Babah Alun sebagai calon gubernur melawan Anies Baswedan.
Entah serius tidaknya PAN menawarkan duet Anies dan Zita Anjani. Demikian pula Partai Golkar dengan Jusuf Hamka. Mungkinkan sinyal dari kedua partai anggota KIM mendukung Anies Baswedan? Wallahua'lam
Munculnya nama Jusuf Hamka di Pilgub Jakarta sebagai sinyal kuat dari Partai Golkar bahwa Ridwan Kamil akan kembali ke Jawa Barat dan Jusuf Hamka sebagai calon wakil gubernur mendampingi Anies Baswedan?
Dengan kurangnya kursi PDIP untuk mengusung calon sendiri dan Ridwan Kamil kembali ke Jawa Barat membuka peluang PDIP dan beberapa partai KIM melabuhkan dukungannya kepada Anies Baswedan?
Bilapun ada lawan tanding di Pilgub Jakarta, Anies Baswedan berpotensi tidak memiliki lawan tanding seimbang seperti Basuki Tjahaja Purnama dan Ridwan Kamil atau malah membuka peluang Anies lawan kotak kosong?
Wallahua'lam bish-shawab
Jakarta,
25 Muharram 1446/31 Juli 2024
Tarmidzi Yusuf, Kolumnis