PKB Harusnya Legowo seperti PKS

Riak pencalonan Anies-Sohibul Iman di Pilgub Jakarta tak seheboh ketika isu Anies-Muhaimin di Pilpres 2024. Kita tak mendengar adanya penolakan dari PKS ketika Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar menjadi bakal calon wakil presiden mendampingi Anies Baswedan.

Berbeda ketika PKB merespon proposal PKS. Proposal Anies-Sohibul Iman. PKB paling lantang bersuara menyebut Anies-Sohibul Iman sebagai blunder dan bahaya. Bahkan Cak Imin yang semula kita berharap meredam internal PKB malah menyebut PKB belum minat usung Anies-Sohibul Iman.

Padahal ketika Pilpres 2024 PKB dan NasDem paling banyak memperoleh efek ekor jas dari Anies-Muhaimin. PKB dan NasDem mengalami peningkatan perolehan kursi DPR cukup signifikan.

PKB dan NasDem sama-sama bertambah 10 kursi DPR hasil Pileg 2024. Dari 58 kursi DPR hasil Pileg 2019 kini PKB mengoleksi 68 kursi DPR hasil Pileg 2024. NasDem dari 59 kursi menjadi 69 kursi DPR. Sementara PKS hanya bertambah 3 kursi DPR dari 50 kursi menjadi 53 kursi.

Di Jakarta, PKS satu-satunya anggota Koalisi Perubahan persentase pertambahan kursi DPRD Jakarta paling kecil. PKB Naik 100 persen dari 5 kursi menjadi 10 kursi. NasDem naik lebih dari 50 persen dari 7 kursi menjadi 11 kursi. Sementara PKS hanya bertambah 2 kursi dari 16 kursi menjadi 18 kursi DPRD Jakarta.

PKS mendapat keberuntungan sebagai pemenang Pileg Jakarta 2024 lantaran perolehan kursi PDIP anjlok dari 25 kursi menjadi hanya 15 kursi saja. Partai Gerindra juga kehilangan 5 kursi DPRD Jakarta dari 19 kursi menyisakan hanya 14 kursi DPRD Jakarta.

Artinya di Jakarta, PKB dan NasDem yang paling diuntungkan dari duet Anies-Muhaimin di Pilpres 2024. Sementara partai utama pengusung Prabowo-Gibran dan Ganjar-Mahfud seperti Gerindra dan PDIP perolehan suaranya di DPRD Jakarta turun drastis.

Kita berhusnudzon PKB sedang bermain 'drama'. Tujuannya? Menjaga agar Anies-Sohibul Iman, PKB, PKS, dan NasDem tetap menjadi perbincangan publik khususnya warga Jakarta sambil membuka kran mengajak PDIP bergabung dukung Anies.

Menjaga momentum. Mengembalikan kebahagiaan warga Jakarta yang hilang oleh kebijakan Pj. Gubernur yang tidak pro rakyat. Semoga benar-benar drama bukan realitas politik yang sebenarnya.

Wallahua'lam bish-shawab

Jakarta,
26 Dzulhijjah 1445/3 Juli 2024

Tarmidzi Yusuf, Kolumnis